Capaian status gizi yang baik, diperlukan konsumsi pangan dalam jumlah cukup, bermutu dan beragam, yang diperlukan oleh tubuh. Jumlah, mutu dan ragam pangan yang dikonsumsi masyarakat tergantung pada pendapatan, dalam menentukan daya beli masyarakat tersebut. Semakin tinggi daya beli masyarakat, maka semakin tinggi pula peluang memilih pangan, baik dari sisi jumlah maupun jenisnya. (Mangkuprawira dalam Ariani,1993).
Dalam program pembangunan berkelanjutan yang diamanahkan PBB, dalam (Sustainable Development Goals) SDGs, ada dua indikator yang berkaitan dengan asupan gizi, pertama prevalensi kekurangan energi (Prevalence of Undernourishment), dimana penjaminan kehidupan yang sehat, serta mendorong kesejahteraan bagi seluruh orang di segala usia. Kedua prevalensi penduduk dengan kerawanan pangan atau berat, yang mengacu pada Skala Pengalaman Kerawanan Pangan, dengan mengakhiri kelaparan, meningkatkan gizi dan mendorong pertanian yang berkelanjutan. Sejalan dengan tujuan SDGs, pemerintah memperioritaskan pembangunan yang di tuangkan dalam program Nawacita, tentang peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakaat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Penentuan kecukupan konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia per kapita per hari menggunakan standar dari hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) ke-11 tahun 2018. Angka Kecukupan Gizi (AKG), Yang Dianjurkan adalah 2.100 kkal dan 57 gram protein. Konsumsi kalori itu di dapatkan dari berbagai jenis makanan, baik yang di masak di dalam rumah, maupun konsumsi makanan dan minuman jadi.
BPS menghitung konsumsi kalori dan protein melalui survei sosial ekonomi nasional (SUSENAS), yang dihitung per semester (enam bulan) dengan kuintil pengeluaran. Kuintil pengeluaran merupakan pengelompokan pengeluaran ke dalam lima kelompok yang sama besar setelah diurutkan mulai pengeluaran yang terkecil hingga terbesar. Kuintil pengeluaran dipakai untuk mengukur tingkat kesejahteraan atau tingkat pemerataan pendapatan/pengeluaran penduduk. Semakin tinggi kuintil pengeluaran semakin sejahtera penduduk tersebut atau konsumsi kalori dan protein besar juga, begitupun sebaliknya. Dari data Susenas maret 2021, secara nasional konsumsi kalori 2.143,21 kkal dan protein 62,28 gram per kapita per hari, ini sudah berada diatas rata-rata konsumsi nasional 2.100 kkal dan 57 gram protein. Apabila di lihat menurut daerah tempat tinggal, rata-rata konsumsi kalori perkotaan (urban) 2.133,69 kkal per kapita per hari, ini masih berada dibawah standar kecukupan konsumsi kalori nasional. Sedangkan perdesaan (rural) 2.155,73 kkal per kapita per hari, sudah melampaui standar kecukupan kalori nasional. Untuk konsumsi protein daerah urban 64,01 gram dan rural 60,00 gram, konsumsi protein daerah rural masih tertinggal jauh dari daerah urban.