Kelompok keempat adalah orang Indonesia merdeka. Yang saya maksud adalah orang Indonesia yang datang ke Belanda secara independen setelah Indonesia merdeka. Tidak ada hubungannya dengan kebijakan pemerintah atau pertalian darah dengan orang Belanda. Mereka berada di negeri Belanda dengan kemauan dan usaha sendiri.
Kelompok keempat ini, tidak pernah merasa ada kesamaan sejarah dengan tiga kelompok lainnya. Demikianpun turunan mereka, tetap mengetahui, mereka berada di Belanda dengan keinginan orang tuanya datang ke Belanda dengan berbagai alasan.
Perbedaan
Adakah perbedaan penampilan dari empat kelompok dimaksud diatas ?
Pengalaman saya yang sudah hampir setengah abad bergaul dari dekat dari empat kelompok disebutkan ini, tidak ada yang menonjol. Umumnya sama saja raut dan penampilan fisiknya dengan bangsa Indonesia yang ada di tanah air.
Mereka umumnya berkulit sawo matang, pada dasarnya. Tetapi setelah perjalanan masa berada di negeri bermusim empat dan bersuhu sejuk, hanya tiga atau empat bulan terkena mata hari panas, kulit mereka sudah agak mengalami perubahan, sedikit, agak putih telur. Kecuali yang berdarah campuran memang penampilan fisiknya agak berbeda dari yang lainnya.
Perbedaan lebih jauh dapat diketahui, kalau mencoba berbincang dengan mereka. Misalnya saat bertanya dalam bahasa Indonesia, dari Indonesia ? Tidak ada jawaban. Tetapi pertanyaan kemudian diubah dalam bahasa Belanda, Waar komt U vandaan ? baru didapatkan jawaban dalam bahasa Belanda, dan kadang terdengar pula cerita lebih jauh tentang siapa mereka serta asal-usulnya.
Misalnya, kami orang Maluku, orang tua kami dari Ambon. Dan selanjutnya mereka bercerita bahwa mereka adalah keturunan bekas tentara KNIL.
Atau jawaban ini, kami orang Indo, kami keturunan Belanda. Nenek kami menikah dengan orang Belanda. Kadang mereka menyebut kota asal neneknya di Indonesia, tetapi lebih banyak yang tidak tahu lagi dari mana asal neneknya.
Untuk orang Suriname jawabannya, kami orang Jawa, datang dari Suriname. Nenek moyang kami dibawa ke Suriname oleh Belanda. Kami masih punya keluarga di Jawa, tetapi tidak tahu persisnya dimana.
Tetapi, bila bertemu dengan kelompok ke empat, orang Indonesia merdeka, biasanya langsung terjadi percakapan yang mengalir lancar tentang kondisi tanah air dan topik hangat lainnya, tanpa perlu berlama-lama menjelaskan latar belakang mereka.
Bukan wirausaha yang menonjol. Lantas, bagaimana keadaan hidup sehari-hari dari empat kelompok ini ?
Dari empat kelompok ini, tidak ada orang keturunan Indonesia yang disebutkan diatas tampil menonjol selaku pengusaha nasional di Belanda. Dalam usaha-usaha kecil setingkat perusahaan pertokoan, sebagaimana di Indonesia, tidak ada yang sangat mengemuka. Satu dua orang di kota besar menjadi pemilik restoran, tetapi tingkatannya begitu-begitu saja.
Pada umumnya keturunan Indonesia yang ada di Belanda, hidup selaku pekerja di berbagai perusahaan swasta atau pemerintah. Dasar penghidupan mereka selaku orang digaji, bukan menggaji.
Turunan bangsa Indonesia di Belanda, bila dibandingkan dengan bangsa imigran lain seperti dari Turki dan Maroko, misalnya, masih kalah jauh. Jiwa wirausaha orang Indonesia boleh dikata mati suri dan tidak kompak satu dengan lainnya. Dan tidak mempunyai persatuan yang kokoh, apabila dibandingkan dengan komunitas lain.
Menurut saya, dapat dikatakan orang Indonesia kurang inisiatif, tidak ambisius dan tidak berani mengambil resiko tampil selaku pengusaha bila dibanding dengan bangsa lainnya.
Di bidang politik, baik lokal atau nasional, kelompok Maluku, sudah beberapa orang yang pernah duduk selaku anggota parlemen (Tweede kamer lid) dan politicus lokale (Gemeenteraad), tetapi skalanya tidak berarti bila dibanding dengan komunitas bangsa Turki, Maroko, Iran dan bangsa lainnya. (***)