Pertama, mereka yang anti-pemerintahan berasumsi bahwa tindakan Sultan merupakan bukti kebodohan pihak berwenang yang hendak mencoba mempertahankan kekuasaanya. Orang-orang tersebut adalah pemuja kekuasaan, penjilat, dan siap melaksanakan perintah Sultan, walaupun yang diperintahkan itu bertentangan dengan nurani mereka.
Kedua, mereka yang memahami dengan benar menembus moral yang diinginkan sang Sultan, apa pun kebesarannya di antara orang-orang yang tak peduli. Sebab, dengan menempatkan halangan di tempat yang tidak nyaman dan memerintahkan untuk tidak dipindahkan, Sultan Mahmud sedang memperlihatkan kepada masyarakat, kalau kekuasaan itu hanya bersifat sementara, sembari mengingatkan bahwasanya ketika kekuasaan dilakukan dengan cara semena-mena didukung dengan aturan yang ketat, maka hal tersebut tidak dapat memberikan manfaat yang sempurna kepada umat manusia.
Ketiga, mereka yang mengambil hikmahnya, tetap berupaya mengembangkan diri dan sibuk untuk mencari kebaikan, hingga akhirnya mereka bersama dengan orang-orang yang senantiasa mencari kebaikan.
Ketiga interpretasi di atas tentang perintah Sultan kepada sang kuli, senantiasa dipertahankan oleh mereka sesuai kelompok mana yang mereka ikuti dan taati. Oleh karena itu, terkadang seseorang tidak merdeka dikarenakan mereka tidak mampu keluar dari dogma yang mereka dapatkan, membuat mereka terbelenggu, terikat hingga membuat diri mereka tidak berani mengambil keputusan sendiri. Allah a’lam.
Makassar, 4 Maret 2022