Oleh H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin
Muadz bin Jabal adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW dari kaum Anshar yang telah menyatakan keislamannya sejak pertama kali Rasulullah SAW melakukan hijrah ke Madinah.
Suatu malam, Muadz bin Jabal melaksanakan salat Isya diikuti oleh beberapa orang sahabat sebagai makmun. Sebagai imam, Muadz berharap mendapat pahala yang lebih besar dari Allah SWT, oleh karena itu pada rakaat pertama Muadz membaca surat Al-Baqarah dari awal hingga akhir. Dampak dari bacaan ini, kaki para sahabat yang menjadi makmun gemetaran saking panjangnya bacaan surat yang dibaca.
Usai rakaat pertama, para makmun berharap surat yang dibaca pada rakaat kedua surat pendek saja. Dugaan para makmun meleset. Pada rakaat kedua, Muadz membaca surat Ali Imran, dari awal hingga akhir. Kaki para makmun makin menggeletar akibat terlalu penat.
Usai shalat, para makmun berhamburan keluar dengan muka kecut. Bagaimana tidak, salat dimulai pukul delapan, baru selesai pukul sebelas malam.
Keesokan harinya, para sahabat yang menjadi makmun di belakang Muadz mengadukan kejadian semalam pada saat salat isya, yang menguras energi mereka. Awalnya, Muadz mengira Rasulullah SAW akan memujinya, tetapi ternyata tidak. Rasulullah SAW mengingatkan Muadz, agar saat jadi imam salat, hendaklah salatnya diringankan, tidak terlalu lama dan juga tidak tergesa- gesa. Itu karena di antara para makmun ada orang tua, mungkin ada yang sakit, atau juga mungkin mereka masih memiliki urusan yang harus diselesaikan dengan segera. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar makmun tidak membenci imamnya.