Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Konon, salah seorang yang memiliki harta melimpah menunaikan ibadah umrah dengan menyertakan dua orang isterinya Rohana dan Hasanah. Biasanya, sebelum pelaksanaan ibadah umrah para jamaah diberi bimbingan teknis dan tata cara umrah yang benar. Hanya saja, orang jaya ini enggan mengikuti manasik dan berasumsi bahwasanya dirinya akan mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar.
Ketika sudah berada di Masjidil Haram, sang orang kaya tersebut agak kebinggungan saat melakukan thawaf. Syukurnya, salah seorang jamaah mengajari agar saat melakukan thawaf hendaknya membaca doa “Rabbanaa Atinaa fi al dunya hasanah wa fi al aahiroti hasanah”.
Sayangnya, kalimat terakhir tidak sempat membacanya yakni wa qinaaa adzaaba al nar. Baginya, yang penting ada yang dibaca dan menunjukkan bahwasanya dirinya bisa melakukan ibadah dengan baik.
Dengan percaya diri, orang kaya tersebut melakukan thawaf sambil membaca doa yang baru saja diajarkan dengan menggandeng kedua istrinya, Rohana dan Hasanah. Setelah tiga putaran, sang istri, Hasanah, merasa bahagia dan sang suami sanggat mencintainya. Sementara Rohana, istri yang lain, merasa dirinya sudah tidak dicintai lagi oleh sang suami, karena namanya tidak pernah disebut.