“Jika Bantaeng ada Loka’nya, kemudian Gowa ada Malinonya, maka Bulukumba ada Kindangnya,” ujarnya.
Spirit petani milenial ini harus terus digugah agar estafet pertanian dapat terus tumbuh sebagai pendongkrak cita-cita Bangsa.
Syahrir menanam sayuran di lahan bekas persawahan milik Bapak Sattu. Oleh pemiliknya lahan itu sudah tidak lagi diolah, karena Ia memiliki aktivitas di Makassar sehingga tidak memungkinkan lagi menggarap sawah. Hasil panen sayur mayur ini kemudian dibagi hasil dengan pemilik lahan.
“Iya, ini sawah milik Bapak Sattu yang sudah tidak lagi dikelola karena memiliki kesibukan di Makassar. Jadi hasil sayur mayur nantinya akan saya bagi dengan beliau. Saya akan membelikan beliau gabah sesuai dengan hasil panen dari sawah ini saat dikelola,” terang Syahrir.
Lahan yang dulunya berjumlah 18 petak ini telah ditanami sebanyak 15 kg sayuran dengan berbagai macam jenisnya. Ada kacang panjang, buncis, sawi, kangkung, labu, pare, dan terong.
“Semoga inovasi ini juga mampu menjadi pendongkrak perekonomian, dan kedepannya menjadi komoditas unggulan di Desa Kindang, tentunya dengan mengedepankan kualitas dan kuantitas,” tutupnya. (ADK)