Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Sudah beberapa kali, Andrew merencanakan untuk mengambil sebuah motor yang sering ditinggal pemiliknya di malam hari, tanpa pengamanan yang cukup baik. Untuk melakukan tindakan tersebut, Andrew membutuhkan seorang teman untuk memuluskan rencananya. Untuk hal tersebut, Andrew mengajak salah seorang sahabat terbaiknya, Dedi.
Andrew menyampaikan ke Dedi, “Ded, ada barang bagus yang sering ditinggal pemiliknya di sebuah lokasi dan tanpa pengamanan yang berarti.”
Penasaran dengan apa yang disampaikan oleh karibnya, Dedi bertanya, “Barang? Barang apa Ndrew?”.
Dengan mimik wajah meyakinkan Andrew berkata, “Motor Ded, saya sangat tertarik untuk memilikinya, olehnya saya mohon bantuan Dedi, untuk mengambil barang tersebut.”
Dedi menimpali, “Lho, bukannya itu berarti mengambil barang milik orang lain? Bukankah hal tersebut tidak boleh?”
Dengan rasa iba Andrew memohon, “Ayolah Ded, sekali ini saja, tolong bantu saya untuk memiliki barang tersebut.”
Dedi sangat keberatan dengan apa yang ingin dilakukan oleh sahabatnya tersebut, namun demi menjaga hubungan persahabatan yang baik, Dedi bertanya, “Lantas, kapan kamu akan ambil barang tersebut?”
Dengan penuh kegirangan dan senyum kebahagiaan Andrew menjawab, “Malam ini, sebentar malam kita ketemu di rumah saya untuk menuju tempat barang tersebut.”
Dedi mengiyakan apa yang disampaikan oleh sahabatnya, walaupun dengan perasaan campur aduk antara ya dan tidak, namun untuk menjaga perasaan sahabatnya, Dedi menyetujuinya, sembari mohon diri ke sahabatnya.
Malam harinya, sesuai kesepakan sebelumnya, Dedi menemui sahabatnya di tempat yang sudah disepakati. Setelah bertemu dan bercengkerama, keduanya menuju ke lokasi tempat yang selama ini telah di incar oleh Andrew. Setelah tiba di tempat tujuan, keduanya mencari kesempatan hingga suasana hening, dan dipastikan orang-orang sekitar telah terlelap di atas ranjang dan menikmati tidur malam mereka.
“Ded, tolong kontrol lokasi sekitar, apakah semua orang sudah tidur atau belum?”