Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Kontemplasi atau tahannust, adalah upaya merenungi dan berpikir dengan penuh perhatian atas sesuatu yang dihadapi. Tahannust, merupakan suatu upaya yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW sebelum menerima wahyu pertama dari Allah SWT.
Tahannust dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagai upaya merenungi nasib masyarakatnya saat itu, yang dianggap tidak sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Bapak para Nabi, Nabi Ibrahim AS.
Mungkin tidak berlebihan jika kontemplasi atau tahannust hari ini identik dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pada sepuluh terakhir dalam Bulan suci Ramadan yakni i’tikaf. Dalam suatu riwayat yang diriwayatkan oleh Buchori dan Muslim, Aisyah salah seorang isteri Rasulullah SAW menjelaskan, “Rasulullah SAW melaksanakan iktikaf setelah tanggal 20 Ramadan hingga beliau wafat.”
Mengutip pendapat Muhammad Zakaria Kandahlawi, Azyumardi Azra menjelaskan, “Iktikaf merupakan upaya berdiam diri di dalam tempat ibadah, atau mengasingkan diri dengan tujuan ibadah, meditasi, atau menenangkan pikiran, tidak hanya dianjurkan bagi umat Islam saja. Agama-agama samawi seperti Yahudi dan Nasrani pun pernah melakukan ritual tersebut.”
Bagi umat Islam, kontemplasi atau iktikaf merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT yang dapat dilakukan kapan saja. Adapun amalan yang dilakukan selama beritikaf adalah melaksanakan salat, berdzikir kepada Allah SWT serta memperbanyak membaca ayat suci Alquran.
Iktikaf yang dilakukan oleh kaum Muslimin pada sepuluh malam terakhir dari Bulan suci Ramadan, setidaknya memiliki orientasi: 1.Upaya meraih malam yang penuh kemuliaan dan memiliki keutamaan yang lebih baik dari seribu bulan atau juga dikenal dengan malam lailatul qadr;
2.Upaya untuk lebih mendekatkan diri lagi kepada Allah SWT guna meraih rahmat dan kasih sayang-Nya; 3.Salah satu wujud kesetiaan dan ketaatan dalam mengikuti sunnah dan keteladan Rasulullah SAW dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Suatu kesyukuran bagi kita semua yang masih diberi kesempatan dari Allah SWT untuk melaksanakan kontemplasi/ iktikaf di sepuluh malam terakhir di bulan suci Ramadan.
Di malam-malam terakhir, kita memohon kepada Allah SWT semoga kita semua senantiasa sehat wal afiat, wabah yang ada di tengah-tengah kita segera diangkat oleh Allah SWT. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah, semoga kontemplasi juga dilakukan para pemimpin negeri, agar mampu memberi yang terbaik kepada rakyat yang dipimpin, terutama mengeluarkan bangsa ini dari krisis yang ada. Allah A’lam. ***
Makassar, 23 April 2022