Shalat di Masjid Tertinggi di Manado

0
119

PEDOMANRAKYAT.MANADO—Masjid Nurul Hijrah kecil saja. Ukurannya hanya 10 x 15 m dan dibangun dua lantai. Meski demikian, rumah ibadah itu tertinggi di Manado. Masjid tersebut berada di atas puncak gugusan pegunungan Wenang. Hanya sekitar 600 m dari Kantor Walikota kalau ditarik garis lurus.

Suasana Manado di waktu malam. Gambar dijepret dari Masjid Nurul Hijrah. (foto:pedomanrakyat.co.id)

Tidak ada yang pernah ukur berapa tinggi gunung itu dari permukaan laut. Tapi kalau kita berdiri di pelataran masjid, Masjid Raya Ahmad Yani dengan menara sekitar 30 m, seakan rata dengan tanah dilihat dari Masjid Nurul Hijrah, maksudnya tanah di kaki gunung Wenang. Begitupun dengan hotel bintang lima di sekitar pantai.

Semuanya kalah tinggi. Naik ke puncak jalannya beraspal mulus. Namun pengendara harus super waspada. Sisi kiri jurang dalam.

Mendekati puncak jalan sempit walau di sisi kiri kanan rumah penduduk. Di puncak itu pula ada gedung tua yang tidak terawat, bekas kantor pemerintah untuk pendidikan Pancasila (BP7).

Di kaki gunung sebelah utara ada terminal angkutan darat. Di depan ( barat ) Jln. Martadina yang juga jadi pusat bisnis. Selatan pusat kota dimana walikota berkantor. Maka jadilah gunung itu sebagai jantung kota Manado.

Saya dua kali tarawih di masjid itu, malam ke-26 dan 28. Tarawihnya 20 rakaat, dipimpin.Sismono dan dua naib yang siap maju kalau sang imam lelah.

Seperti juga di masjid- masjid yang dikelola NU lainnya, zikir, salawat dan wirid sesudah azan amat panjang.

Sismono.yang memimpin dan diikuti jamaah yang semakin.maju ke depan. Sesudah witir pun, shalawat masih panjang. Maksudnya jamaah makin kurang.

Sebelum ke masjid saya dapat informasi masjid ini dibangun komunitas Jawa, ternyata warga Gorontalo juga banyak dan Bugis Makasar yang bermukim di puncak gunung wenang sebanyak 50-an rumah tangga.

Baca juga :  Bantuan Beras Masyarakat Hanya Jadi Objek Foto, Pegiat Anti Korupsi Sulut Kecam Pemerintah Desa Pinaesaan Tompaso

Abd. Kadir dari Cokonuri Makasar dan Abd. Salam dari Selayar menyebutkan, di RW- nya ada juga warga, Soppeng, Jeneponto dan beberapa daerah Sulsel lainnya.

“Torang sudah jadi warga Manado. Anak cucu kita di sini,” demikian Abd. Kadir yang lebih banyak ngomong Makassar. (H Yasmin Tendan).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini