Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Dalam Kitab Nahj al- Balaghah, Ali ibn Abi Thalib menuturkan, ada tiga macam kezaliman yang senantiasa dilakukan oleh umat manusia.
Pertama, kezaliman yang tidak terampuni, yakni ketika seseorang meyakini adanya Tuhan selain Allah SWT, atau lebih dikenal dengan perbuatan syirik. Allah SWT berfirman dalam Alquran 4: 48 dan 116 : “Sesungguhnya Allah SWT tidak mengampuni dosa seorang hamba yang meyakini adanya kekuatan lain (syirik) selain Allah SWT.”
Perbuatan syirik merupakan pandangan dan keyakinan yang mengingkari bahwa Allah SWT adalah Maha Esa dan Maha Kuasa. Konsekuensinya, berarti Tuhan yang lain tentu berasal dari kalangan makhluk ciptaan Allah SWT, termasuk sesama umat manusia.
Seseorang yang berbuat syirik adalah mereka yang mengangkat dan mengagungkan sesama alam atau sesama manusia lebih dari semestinya.
Perbuatan syirik disebut kezaliman karena perbuatan tersebut memiliki makna menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya dan berdampak merendahkan harkat dan martabat manusia. Padahal, manusia merupakan puncak ciptaan Allah SWT.
Praktik penyembahan yang tidak pada tempatnya membuat orang secara apriori menempatkan dirinya di bawah sesama alam atau sesama manusia. Saat itu, manusia telah kehilangan harkat dan martabatnya sendiri, para pelaku syirik telah menentang design Allah SWT, baginya sebagai semulia-mulianya mahluk. Oleh karena itu perbuatan syirik tidak akan diampuni oleh Allah SWT.
Kedua, kezaliman seseorang terhadap dirinya sendiri berkaitan dengan dosa- dosa kecil merupakan kezaliman yang terampuni. Rasulullah SAW bersabda, “Manusia adalah tempat berbuat salah dan lupa. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mengajari kita untuk memohon pengampunan kepada Allah SWT., dari sikap khilaf dan lengah.