Sementara yang membuat cerita adalah Aulia Ramadhani, yang juga mempresentasikan tulisannya. Dia membuat cerita berjudul “Say No to Global Warming”.
“Teman-teman yang lain ikut membantu menghias mading dan membantu berpantun. Juga membuka presentasi, menutup presentasi, dan bernyanyi,” terangnya.
Jadi, lanjutnya, ini merupakan kemenangan hasil kolaborasi beberapa siswa dalam satu kelas. Sebagai wali kelas, dia hanya mengarahkan dan memberi masukan. Supaya penampilan dan karya yang disertakan dalam lomba bisa lebih baik.
Satriana menilai, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa dalam memupuk minat baca, dan pengembangan keterampilan berliterasi. Juga dapat menambah percaya diri siswa untuk tampil di depan umum. Kegiatan ini, juga sebagai salah satu bentuk pengembangan karakter pelajar Pancasila.
Anak-anak tampaknya senang mengikuti kegiatan seperti ini. Hal itu tergambarkan dalam tulisan yang dibuat saat kelas menulis kreatif yang dibimbing Rusdin Tompo.
Hari itu, usai penyerahan hadiah, memang ada kegiatan literasi yang dilakukan oleh penulis dan penggiat literasi tersebut. Rusdin Tompo kemudian mengajak anak-anak menulis pengalamannya pada hari itu.
Devina Annasyilla A, murid kelas 5B, lewat tulisannya mengungkapkan, dia sangat gembira dan bersyukur. Walau kelasnya hanya meraih juara kedua. Bahkan mereka tidak menyangka bisa mencapai juara kedua. Hal senada disampaikan Vania Shavira Nayara Putri. Meski kelasnya, 4A, hanya bisa meraih juara 3, tapi dia merasa bersyukur.
Menurut Rusdin Tompo, anak-anak terkesan tidak melihat kegiatan ini sebagai kompetisi kalah menang. Tetapi sebuah proses dan pembelajaran bagi mereka. Mereka pun diminta menulis perasaan, pengalaman, ide dan harapan-harapannya melalui tulisan. Supaya nanti bukan saja menjadi kenangan tapi juga karya. (*/rk)