Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Dalam Alquran dijelaskan, kaum Hawariyyun adalah pengikut setia Nabi Isa AS yang diutus oleh Allah SWT di usia tiga puluh tahun. Walaupun masih belia, Nabi Isa AS memiliki kecerdasan dan kebijakan yang luar biasa. Di antara para pengikutnya ada yang tidak puas dengan kenabiaannya dan senantiasa mencari-cari kesalahan dan kelemahan Nabi Isa AS.
Suatu hari, ada di antara pengikutnya yang berkata kepada Nabi Isa AS, “Bagaimana mungkin Anda mampu menjadi pemimpin bagi kami semua di usiamu yang masih belia seperti saat ini.”
Nabi Isa AS menjawab, “Tidak, saya sudah cukup tua bila dibandingkan dengan Nabi Ibrahim AS, ketika baru dilahirkan.”
Mendengar perkataan Nabi Isa AS, orang tersebut terdiam seribu bahasa. Orang kedua juga berkata, “Wahai Isa, pada masa kepemimpinan Nabi Zakaria AS, kehidupan kami di tempat ini damai dan tenteram, namun di masa kenabianmu saat ini, banyak sekali kegaduhan dan kerusuhan.”
Mendengar pernyataan tersebut, Nabi Isa AS tidak marah, malah beliau tersenyum dan berkata, “Memang betul, sebab di zaman Nabi Zakaria AS, umatnya memiliki etika dan perangai seperti saya, sedangkan di masa kenabianku, masyarakatnya memiliki etika dan perangai seperti kalian.” Kedua orang tersebut tidak dapat berkata-kata, bahkan mereka kehabisan kata-kata untuk menyudutkan Nabi Isa AS.
Pada kesempatan lain, seorang murid Nabi Isa AS bertanya kepada Nabi Isa AS, “Apakah yang paling berharga bagi manusia?”
Nabi Isa AS menjawab, “Akal, sebab dengan akal, manusia dapat mensejahterakan hidupnya.”
“Kalau tidak,” tanya si murid penasaran.
“Sahabat yang senantiasa tulus memberi nasehat,” kata Nabi Isa AS.
“Kalau tidak ada,” tanya si murid makin penasaran.