PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR –- Jumlah guru besar di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) bertambah dua lagi pada Kamis (09/06/2022) siang. Kini jumlah profesor di Unhas mencapai 447 orang.
Kedua profesor baru Unhas ini, berasal dari Fakultas Teknik yakni, Prof. Dr-Eng Andi Erwin Eka Putra, ST, MT, dan Prof. Daeng Paroka, ST, MT, PhD. Mereka pun telah menjalani pidato penerimaan atau pengukuhan.
Prof. Erwin Eka Putra mengangkat judul pidato “Pemanfaatan Teknologi Termal dalam Pengelolaan Limbah Sebagai Sumber Energi dan Material Fungsional”.
Sedangkan Prof. Daeng Paroka mengangkat judul “Kriteria Stabilitas Kapal Ferry Ro-Ro Di Indonesia”.
Sidang penerimaan jabatan guru besar ini berlangsung di Ruang Senat Unhas, lantai 2 Gedung Rektorat Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar.
Rapat Senat Akademik dengan Pidato Penerimaan Jabatan Profesor pada Fakultas Teknik Unhas dibuka Ketua Senat Akademik, Prof. Dr. Ir. Latief Tolleng, MSc.
Ada sejumlah hal menarik dalam pidato penerimaan jabatan guru besar Daeng Paroka di hadapan anggota senat universitas.
Paroka membuka sambutannya dengan mengatakan kapal merupakan sarana angkutan air yang telah digunakan umat manusia sejak zaman Nabi Nuh AS.
“Salah satu transportasi yang sudah dipakai sejak jaman Nabi Nuh adalah kapal. Dan sejalan dengan perkembangan teknologi, kapal difungsikan sebagai jembatan berjalan,” kata Daeng Paroka.
Dalam penelitiannya khusus di kapal Feri Ro-Ro, Paroka menyebutkan jika di Indonesia terdapat 162 lintasan, yang terdiri 46 lintasan komersil dan 116 lintasan perintis.
Sejalan dengan itu, dalam operasional kapal Feri Ro-Ro diungkapkan banyak ditemukan kasus-kasus kecelakaan. Salah satu penyebab adalah stabilitas kapal tersebut.
Pada penelitiannya, Paroka mengungkapkan karakteristik Kapal Feri Ro-Ro dan hubungan dengan stabilitas kapal tersebut. Terutama yang menyangkut salah satu parameter keselamatan kapal.
“Kapal Ferry Ro-Ro memiliki karakteristik yang unik. Karena memiliki lebar kapal yang lebar dan sarat yang lebih pendek jika dibandingkan dengan kapal-kapal lain,” kata Ketua Himpunan Mahasiswa Perkapalan Tahun 1995 itu.
Mantan Ketua Prodi Teknik Perkapalan ini menambahkan, Kapal Feri Ro-Ro didesain dengan lambung timbul yang relatif kecil dibandingkan dengan tipe kapal lain.
“Rasio antara lebar dan sarat kapal Feri Ro-ro Indonesia bervariasi mulai dari 2,5-8,5 meter. Dimana 70 persen kapal itu memiliki rasio lebar dan sarat lebih besar 3,5 m,” lanjutnya.
Karakteristik Geometri tersebut erat kaitannya dengan performa operasi kapal Feri Ro-Ro. Dari aspek stabilitas, rasio lebar dan sarat yang besar akan menghasilkan tinggi metacentra (GM) yang besar.
Sedangkan jarak titik berat kapal terhadap dasar (KG) juga relatif besar dibandingkan tipe kapal-kapal lainnya. Tapi kapal Feri Ro-Ro memiliki lambung timbul yang rendah.
Karena itu akan berdampak pada air laut yang mudah masuk ke dalam geladak kapal, yakni geladak kendaraan.
“Nah, pada saat kapal beroperasi dalam cuaca buruk khususnya untuk kapal Feri Ro-Ro dengan geladak terbuka, tentu sangat riskan,” ujar Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik Unhas Periode 2014-2018 itu.
Terkait stabilitas yang berhubungan pada faktor keselamatan kapal, keadaan itu makin berpengaruh saat kapal mengalami faktor lain seperti kebakaran, tabrakan, cuaca buruk, serta kesalahan manusia atau human error.
“Untuk itu, metode alternatif dalam mengevaluasi stabilitas kapal Feri Ro-Ro dengan karakteristik Geometri yang berbeda dari standar sesuai karakteristik stabilitas menurut IMO perlu dilakukan,” urainya.