“Sebagai seorang ilmuwan, tidak ada target secara spesifik, karena target seseorang dinilai dari banyaknya ilmuwan yang membaca tulisan kita. Ketika seseorang membaca dan memiliki ketertarikan terhadap tulisan kita, terutama dari substansi dan basis ilmu yang kita tawarkan, disitulah proses sitasi terjadi. Sebab sesuatu yang kita tulis harus memiliki karakteristik kebaharuan yang berbeda dengan hasil-hasil riset sebelumnya dan menantang orang untuk membaca apa yang sudah kita hasilkan,” tutur Batara.
Ia juga berpesan agar para dosen ikut memacu kemampuannya menghasilkan karya-karya ilmiah, terutama para dosen muda.
“Karya yang dihasilkan tentu ada nilai manfaat secara positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, karena sejatinya saya berpikir apalagi yang bisa kita persembahkan untuk ilmu pengetahuan jika bukan melalui karya-karya ini. Untuk itu, saya mengajak para dosen memacu kemampuan dan reputasi khusus mengenai karya-karya ilmiah yang dihasilkan, sehingga kita mampu berkiprah di dunia global terkait hasil-hasil penelitian,” kata Batara.
Sebagai rektor sekaligus ilmuwan, Batara Surya tentu harus mampu mengatur waktu agar tugas utama sebagai seorang rektor tidak mengalami hambatan, namun ia tetap bisa terus menghasilkan karya-karya baru yang lebih inovatif lagi.
“Tidak ada masalah. Saya hanya perlu mengatur waktu, jadi setiap saat dan setiap waktu ada porsi masing-masing. Namun jika menuntut lebih, sebagai seorang rektor tentu saya harus fokus kesitu. Namun secara spesifik, tidak ada. Dosen tidak punya alasan untuk tidak menulis. Karena dosen harus menjalankan tridharma, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian atau riset, serta pengabidan pada masyarakat,” pungkas Batara. (win)