Arief Palallo berharap, masterplan smart city ini tidak hanya dijadikan sebagai dokumen pajangan tanpa ada implementasi dan tindak lanjutnya.
“Intinya, bagaimana enam dimensi smart city terlaksana dengan baik, tidak sekadar menjadi dokumen yang tak bisa dieksekusi,” kata Arief Palallo.
Kolaborasi pentahelix yang dimaksudkan Kadis Kominfo Luwu Utara adalah, semua pihak bisa saling berbagi, saling menginspirasi satu sama lain, dan semua persoalan dengan harapan adanya solusi demi kesuksesan.
Sebagaia informasi, penyusunan masterplan smart city di Luwu Utara, akan dibagi enam dimensi yakni; smart government, smart branding, smart economy, smart living, smart society and smart city menjadi fokus.
Dia menyebut sejumlah tantangan yang perlu diselesaikan untuk bisa mewujudkan smart city yaitu; persoalan kepemimpinan, sumber daya manusia, inovasi, dan kreativitas.
“Itu penting karena dibutuhkan kemauan dari pimpinan daerah mengadopsi smart city. Jika sudah ada, harus juga didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni,”katanya.
Selain itu, lanjut Arief Palallo, untuk mewujudkan smart city juga harus memperhatikan sejumlah aspek, seperti keamanan, regulasi, teknologi, infrastruktur, dan anggaran. Jangan sampai penerapan smart city yang dilakukan sebuah daerah menjadi sia-sia karena melanggar regulasi serta tidak menggunakan teknologi tepat guna.
“Untuk mewujudkan kota yang pintar, berkualitas, berdaya saing berbasiskan teknologi dan inovasi, tentunya perlu mengembangkan sumber daya manusia kota yang handal dan berdaya saing,” jelasnya. (yus)