Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Tradisi masa kecil meninggalkan kenangan yang cukup berkesan dalam perjalanan hidup selanjutnya. Di antara tradisi yang tak terlupakan adalah, kebiasaan mendengar kisah dari para pengajar pengajian usai membaca ayat-ayat suci Alquran.
Di antara kisah yang pernah dikisahkan adalah tentang keunikan dan kejenakaan Abu Nawas. Suatu ketika, Abu Nawas memberi beberapa pelajaran agama kepada anak-anak yang baru saja menyelesaikan bacaan ayat-ayat suci Alquran.
Abu Nawas nampak antusias memberi pelajaran. Sikap antusias yang dilakukan Abu Nawas, tidak sebanding dengan kelakuan anak-anak. Dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh Abu Nawas, nampak beberapa anak tidak mendengarkan apa yang sedang disampaikan oleh Abu Nawas.
Mungkin anak-anak lagi kecapekan, mengantuk, atau merasa bosan dengan materi yang diberikan. Menyadari kondisi seperti ini, Abu Nawas mencari cara agar anak-anak memperhatikan pelajaran yang diberikan.
Saat anak- anak tidak memperhatikan Abu Nawas, tiba-tiba ia menjerit, “Ampun…ampun jangan kau sakiti aku, aakkhh…! Aduuh….sakit…!”
Abu Nawas menjerit dengan suara lantang seperti orang kesurupan. Anak-anak yang melihat tingkah Abu Nawas, merasa ketakukan apalagi Abu Nawas berguling di lantai masjid dengan mata melotot. Jamaah yang hadir di masjid saat itu, berlari menghampiri Abu Nawas untuk mengetahui kejadian sesungguhnya, sambil berupaya memberi pertolongan.
Beberapa jamaah yang memegang tubuh Abu Nawas, merasa khawatir dengan kondisinya. Di tengah kekhawatiran para jamaah, tiba-tiba Abu Nawas berkata, “Nah, begitulah nanti nasib manusia yang disiksa di alam kubur. Mereka akan berteriak histeris minta tolong dengan teriakan yang luar biasa, hanya saja manusia yang masih hidup tidak dapat mendengarnya. Padahal, itu baru siksa kubur, belum siksa neraka yang jauh lebih dahsyat lagi.”