Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Dalam satu kesempatan, ada tiga pengembara yang sedang melakukan perjalanan panjang dan melelahkan. Awalnya, mereka tidak saling mengenal satu dengan lainnya. Dalam satu pemberhentian yang agak lama, mereka saling mengenal satu dengan lainnya.
Dalam pemberhentian yang mereka lakukan, mereka kekurangan makanan dan hanya memiliki seiris roti dan seteguk air yang tidak cukup untuk dibagi bertiga. Perdebatan terjadi di antara mereka bertiga, tentang upaya untuk membagi roti dan seteguk air, jelasnya karena bekal yang dibawa tidak mencukupi, perdebatan menemui jalan buntu.
Hari makin senja, masalah belum terpecahkan. Salah seorang di antara mereka kemudian berkata, “Sebaiknya, kita tidur dan berharap salah seorang di antara kita, bermimpi dengan mimpi indah dan dapat menyelesaikan masalah ini.”
Di pagi hari, saat matahari belum terbit dan mereka sudah terbangun dari tidur dengan perut kempis. Salah seorang di antara mereka berkata, “Semalam aku bermimpi, aku terbawa ke tempat-tempat yang sulit aku gambarkan, begitu menakjubkan dan tenteram. Aku bertemu dengan seorang bijak dan berkata, “Anda berhak mendapatkan makanan tersebut, karena kehidupan masa lalu dan masa depanmu begitu berharga dan menjadi sumber kebanggaan.”