Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Untuk melukiskan cara ruh manusia menandakan dunia yang amat menyenangkan ini, adalah melalui analogi gerhana matahari. Jika porsi gerhana matahari yang mampu dilihat adalah matahari sebentuk gelas air penuh: Selubung gerhana adalah cahaya kemalaikatan. Ini memuatnya mungkin untuk menatap sumber cahaya.
Manusia adalah mereka sendiri seperti selembar selubung atau gerhana cahaya kemalaikatan. Itulah, manusia menggerhanakan cahaya kemalaikatan dengan menggerhanakan cahaya Allah SWT. Manusia dapat melihat sifat-sifat Pencipta-Nya, melalui ciptaan-Nya yang menakjubkan.
Ruh manusia bisa dilukiskan sebagai atom dalam dunia yang amat menyenangkan ini dan tubuh mereka seperti rumah untuk ruh mereka. Kini, rumah memiliki sebuah keadaan dan penghuni rumah itu lebih dihargai daripada rumahnya karena kehebatan rumah tergantung pada penghuninya.
Ruh manusia merupakan bagian dari ruh malaikat. Oleh karena itu, mengapa kondisi memasuki Firdaus untuk jiwa orang mati pertama kali diterima di alam malaikat. Ruh manusia dikualifikasikan untuk menerima pancaran dari kekuatan kemalaikatan, seperti piringan satelit dibuat untuk menerima pancaran dari stasiun induk.
Untuk memperluas bahwa setiap individu dihubungkan dengan kekuatan kemalaikatan, mereka menjadi lebih meyakinkan lagi dan lebih penting lagi daripada nanusia lain di bumi. Bagaimanapun, tubuh manusia tetaplah kumpulan dari berbagai unsur yang berbeda dan menyatu bersama. Tubuh malaikat, di sisi lain, hanya buatan cahaya dari hadirat ilahiah.
Adalah penting untuk diketahui bahwa perbedaan tidak pernah berlaku dalam dunia material. Inilah mengapa malaikat lebih ingin menyokong ruh para Nabi. Karena ruh profetis telah meninggalkan wadah tubuh mereka ke tingkat di mana memperoleh seluruh sikap gnosis dan keadaan spiritual.