Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Kehidupan di zaman modern saat ini tidak seperti kehidupan yang seharusnya, sehingga merupakan sebuah aksi siklis yang sia-sia; sebuah gerakan yang tidak bertujuan! Sebuah aksi pendular yang tak berarti, bermula dengan siang untuk diakhiri dengan malam dan malam bermula untuk diakhiri dengan pagi. Dan sementara itu manusia terlena menyaksikan “tikus-tikus” hitam dan putih ini, tikus-tikus yang gerogot-menggerogoti tali kehidupannya hingga mati.
Hidup ini bagaikan sandiwara di mana manusia menyaksikan pergantian siang dan malam yang tidak berkesudahan. Sebuah pertunjukkan yang sangat aneh! Apabila memiliki suatu kebutuhan maka manusia akan berharap dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tetapi begitu upayanya berhasil, maka manusia akan mengganggap remeh semua jerih payah yang telah mereka curahkan. Hal demikian, konon merupakan filosofi kehidupan yang tidak logis.
Jika hidup hanyalah sekadar untuk memenuhi kebutuhan hari demi hari bagi seorang manusia, maka ia tidak memiliki arah dalam hidupnya. Tujuannya hanyalah untuk hidup. Keadaan seperti ini bagaikan semangat yang mati di dalam jasad yang masih hidup. Tetapi keadaan yang tidak sehat ini dapat diubah oleh pengalaman menunaikan ibadah haji.
Ketika seorang muslim mengambil keputusan untuk menunaikan ibadah haji dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan, maka sesungguhnya mereka telah berada di atas jalan yang menuju kepada aktualisasi haji. Sebelumnya, seorang muslim tinggal di dalam rumah dengan tenang dan puas, tetapi begitu mereka memiliki keinginan untuk menunaikan ibadah haji, mereka pun akan bangkit dan meninggalkan lingkungan hidup mereka sehari-hari.