Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Kaum Mu’min yang hendak menunaikan ibadah haji, telah diperintahkan untuk meninggalkan rumah mereka, menuju Rumah Allah SWT. Siapapun adanya diri mereka yang menunaikan ibadah haji, hendaknya menyadari bahwa mereka hanya manusia biasa, putera Adam, dan khalifah Allah SWT di muka bumi.
Kepada manusia, Allah SWT telah mengajarkan nama sesuatu. Allah SWT menciptakan manusia dari ruh-Nya dan memberikan kualitas-kualitas yang istimewa kepada manusia. Bumi beserta sesuatu yang terkandung di dalamnya adalah untuk manusia. Pertanyaannya, sudahkah manusia hidup sesuai kehendak Allah SWT?
Rasulullah SAW mengingatkan, Allah SWT berada di dalam hati orang-orang beriman. Dengan demikian, Allah SWT mengetahui mereka yang tulus dan mereka yang hanya berpura-pura (QS 9: 3), sehingga Allah SWT mengetahui mereka yang menolong agama-Nya dan Rasul-Nya, sekalipun dengan cara yang tak terlihat (QS 57: 25).
Sesungguhnya segala sesuatu yang berada di dalam bumi, Kami jadikan sebagai perhiasan untuk menguji mereka; siapakah di antara manusia yang melakukan perbuatan baik (QS 18: 7).
Karena pengaruh berbagai kekuatan dalam sistem sosial yang tidak mempedulikan hak-hak serta kewajiban manusia, maka biasanya watak seseorang dapat berubah. Perubahan hidup sedemikian cepatnya mempengaruhi seseorang, sehingga di antara mereka ada yang disingkirkan.
Awalnya, dengan ruh Allah SWT dalam diri seseorang, mereka diharapkan menjadi khalifah-Nya di muka bumi. Kepada manusia telah diberi kesempatan untuk menyempurnakan tugas kekhalifahan, namun banyak di antara manusia yang gagal mengemban amanah tersebut, karena mereka berbuat di luar yang diperintahkan kepada mereka.