PEDOMANRAKYAT, KEPULAUAN SELAYAR — Penampilannya sederhana, bahkan lebih tepat jika dikatakan bersahaja. Memang dia orang “jadul”. Datang ke Rujab Wabup Kepulauan Selayar, Jum’at (15/07/2022) siang, sekitar pukul 11.30 Wita. Justru, saat Wabup Saiful Arif sudah siap-siap tinggalkan Rujab menuju Masjid Muhajirin untuk menjadi Khatib pada Masjid yang berdekatan dengan rumah pribadinya, di Belakang Kantor DPRD setempat, yang baru pertama kali digunakan shalat Jumat.
“Maaf, saya sudah mau berangkat untuk tugas khotbah,” sapa Saiful Arif, sambil menjabat tangan tamunya, dengan erat, seperti yang biasa dilakukan.
“Iya, pak. Nanti selesai shalat, baru saya datang lagi,” jawab sang tamu, tak mau kalah atas keramahan tuan rumah.
“Maaf, saya tidak bisa ajak Bapak, karena saya juga dibonceng oleh Sopir, naik motor,” balas Saiful lagi.
Berangkatlah Saiful Arif meninggalkan tamunya yang akan shalat jumat di Masjid Agung Al Umarain, yang berdekatan dengan Rujab Wabup.
“Paling mau minta bantuan,” batin Wabup yang membonceng sopirnya (wabup di depan) sambil memacu kendaraannya menuju Masjid Muhajirin.
Seusai shalat, sementara makan siang, wabup dilapori, “ada tamu”. “Suruh masuk dan ajak makan, karena saya juga sementara mau makan,” jawab wabup sembari menugasi sopir yang melapor.
Seusai santap siang, di teras Rujab, terjadilah dialog singkat, namun sangat berkesan dan mengandung pelajaran yang sangat dalam. “Ini manusia langka,” batin Wabup saat mendengar dan menilai penuturan tamunya.
Betapa tidak, tamu tersebut, mengaku punya utang yang sudah sangat lama, karena dia sendiri sudah lupa, kapan. Bahkan pihak pemberi utang juga sudah meninggal sejak tahun 2011, tapi tamu ini masih ingat dan bermaksud membayarnya siang itu.