Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Suatu hari, Baginda Harun al-Rasyd keluar istana dan berpakaian layaknya masyarakat pada umumnya. Harun al-Rasyd berhenti pada satu tempat yang telah dikerumuni oleh banyak orang. Setelah mendekat, Harun al-Rasyd melihat seorang ulama sedang memberi pengajian tentang alam barzakh.
Salah seorang jamaah bertanya, “Wahai sang Guru, kami menyaksikan mereka yang ingkar kepada Allah SWT, suatu waktu dan mengintip kuburan mereka, tetapi kami tidak mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan yang katanya sedang mereka alami. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?”
Ulama tersebut menjawab, “Untuk mengetahui hal demikian itu harus dengan panca indera yang lain. Coba perhatikan orang yang sedang tidur, kadangkala mereka bermimpi digigit ular. Orang tersebut terkadang merasa takut ketika itu hingga mengucurkan keringat. Ia merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sementara anda yang duduk di dekatnya menyaksikan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialami oleh orang yang sedang tidur, adalah dikelilingi oleh ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah anda melihat apa yang terjadi di alam barzakh.”
Harun al-Rasyd terkesan dengan penjelasan sang ulama, apalagi setelah sang ulama menjelaskan tentang berbagai benda yang sangat disukai di surga. Di antara benda yang menarik adalah sebuah mahkota yang terbuat dari cahaya.