Oleh M. Dahlan Abubakar
INDAR masih ingat seorang Pak Wimbo, sekarang manajerial PJKA, lalu ditempatkan di bandara menjadi salah seorang petinggi manajemen di PT Angkasa Pura. Sebelumnya di Pelni. Dulu, Dirut Pelni. Tetapi langkah Pak Wimbo malah ditentang dan orangnya “dimusuhi” oleh penganut status-status quo itu. Mereka yang ingin kembali pada tata kelola manajerial model lama.
“E-ticketing, termasuk programnya Pak Wimbo. Akhirnya, adanya e-ticketing itu, kebocoran berkurang. Pelni sekarang pada kuartal ini mencapai 120% dengan adanya e-ticketing. Sudah mampu membayar bonus, dulu belum bisa,” ungkap Indar sambil menambahkan, “status quo” ini, mau menikmati lama.
E-Ticketing yang dilakukan PT Pelni saat Sulistyo Wimbo Hardjito, pria kelahiran Blitar 1955 ini menjabat Direktur Utama PT Pelni) (2014-2015). Sayang, pria yang lulusan Jurusan Teknik Elektro ITB dan S-2 Program “Master of Business Administration” di STMB Telkom Bandung pada tahun 1991 ini hanya setahun memimpin PT Pelni.
Wimbo, begitu dia akrab disapa, mengawali kariernya di perusahaan telekomunikasi PT Indosat Tbk pada tahun 1982 dan ditempatkan di Jatiluhur. Saat itu ia bersedia ditempatkan ke Jatiluhur karena dijanjikan akan dikirim sekolah ke luar negeri. Cita-citanya terkabul walaupun harus protes dan mengirim surat ke kantor pusat. Pada tahun 1983 ia berdinas di Jerman selama 1,5 tahun.
Setelah hampir 23 tahun berkarier di Indosat dan menjabat sebagai Direktur Corporate Service, dan sempat menjadi Komisaris Utama PT Starone Mitra Telekomunikasi (SMT), sebelum akhirnya ia bergabung dengan PT KAI. Dia Menjabat sebagai Direktur Komersial bersama dengan Direktur Utama Ignasius Jonan. Wimbo dianggap berhasil membuat perubahan terutama di bidang ketertiban, keamanan, dan pelayanan. Wimbo berhasil mengubah sejumlah kendala dan produk tak bernilai menjadi pendapatan, sehingga meningkatkan pelayanan PT KAI.