Indar mengambil contoh Rusia yang menjamin orang muslim membangun masjid dan melaksanakan ibadahnya, makanya dia memperoleh kemenangan. Kalau Allah meletakkan kemenangan pada Rusia, meskipun sendiri, ya pasti menang. Hal itu disebabkan dia (Rusia) memberikan hak kepada kaum muslim beribadah. Biar dikeroyok Amerika dan Eropa, Rusia tetap tegar.
“Sama dengan keluarga, bagaimana kita berlaku bijaksana dalam kehidupan ini. Kita selalu menganggap diri bodoh dibandingkan orang lain, itu adalah bentuk kita menjaga diri agar tidak ada kesombongan. Tidak muncul keangkuhan,” kata Indar Bahadi.
Orang-orang hebat itu, menurut Indar, tersembunyi. Dia tidak menonjolkan diri. Orang hebat itu, tidak menonjolkan diri. Anak-anak kita ini, sukses saja sudah senang dan, taat, takwa, sudah senang. Kemudian berbagi dengan orang lain.
“Saya sering ngomel, tetapi untuk kebaikan. Cenderung lupa kalau tidak dikontrol. Ya, pada pemimpinnya. Saya bisa jadi pemimpin keluarga. Bisa jadi pemimpin di kapal, pekerjaan, dan laki-laki itu sudah jadi pemimpin. Paling tidak, kita memimpin untuk diri sendiri. Bisa jadi pemimpin negara. Nabi-nabi jadi pemimpin agama,” urainya.
Mengapa Tuhan melahirkan orang dengan beragam agama, agar dunia ini damai. Orang nonmuslim melihat umat muslim itu senang. Orang Islam juga melihat mereka bersyukur agar interaksi hidup ini berjalan dan berputar. Semua saling belajar. Nanti suatu saat mereka yang nonmuslim akan berbondong-bondong menjadi muslim. Hidayah itu akan turun kelak. Tetapi masalah hidayah itu urusan Allah SWT.
Seorang nabi itu disucikan. Yang menyucikan adalah Allah SWT. Manusia itu makhluk biasa yang disucikan oleh Allah. Saya keliling-keliling berguru pada kiai dan syekh-syekh. Saya mencari guru di mana-mana. Ada di Arab, Madinah, Thailand, India, Bangladesh, para guru itu dari segi materi tidak punya, tetapi dari segi keilmuannya tinggi. Nasihatnya itu hikmah. Hakikat semua nasihatnya. Mati itu hakikat. Surga dan negara hakikat. Rezeki juga hakikat. Seorang kiai itu tidak kelihatan.
Indar di India pernah menyaksikan seorang tua berbelanja dan membawa sendiri barangnya. Begitu melewati pondok, dia kok dihormati banyak orang.
“Ternyata dia kiai. Tidak kelihatan kiai-nya. Dia belanja sendiri, tak mau dibantu dibawakan belanjaannya. Orangnya sederhana,” ujar Indar Bahadi sembari tertawa mengenang pengalamannya di suatu tempat semacam pondok pesantren di India.
Di India itu ada pondok-pondok. Salman Al Farizi, sahabat Nabi Muhammad SAW dari India dan merupakan sosok yang memiliki strategi perang. Kiai-kiai di sana tidak kelihatan karena sangat sederhana. Mereka itu hafal kitab gundul. Dia bisa baca batin dan dhohir (nyata)-nya Alquran. Ada yang belajar dhohirnya Alquran, tetapi batinnya tidak ngerti. Dulu, Ibnu Abbas itu orang yang fakih (ahli hukum Islam). Turun ayah “Ijazah anashurullah..dstnya”. Telah datang kemenangan Islam dan semua bahagia dan senang. Ibnu Abbas menangis. Ditanya oleh salah seorang sahabat, Ibnu Abbas menjelaskan bahwa ayat itu menandakan bahwa ajal Nabi sudah dekat. Akhirnya, jadinya semua menangis. Mereka mengira telah terjadi kemenangan Islam saja, padahal Rasulullah sudah dekat waktunya dipanggil Allah SWT.
“Itulah batinnya suatu ayat. Kadang-kadang kita ini tidak paham batinnya ayat. Orang yang diberikan fakih saja yang dapat memahami batinnya ayat. Kalau batinnya ayat, itu sudah mendalam. Itu hanya dimiliki para kiai top, tetapi mereka tidak menonjol. Namun dari perilakunya, dia tidak mau makan yang haram. Tidak mau riba. Rezeki sedikit dinikmati. Itulah kiai,” sebutnya.
Indar pernah didatangi, disilaturahimi nasab (keturunan, terutama dari pihak bapak)-nya Rasulullah. Namanya, Hasan sama nasabnya dengan Usman bin Affan. Makannya itu, ikan rebus dicampur dengan garam. Diberikan yang lain, tidak mau. Uangnya pun dari dia sendiri.
Jika kita memiliki rezeki dan uang, sebagian harus kita sedekahkah. Pertama, orang tua. Keluarga orang tua. Kalau punya gaji, berikan semuanya kepada istri. Kalau punya penghasilan serahkan dulu kepada orang tua kita, baru saudara dekat dan jauh. Kemudian fakir miskin serta yatim piatu. (Bersambung)