Para jamaah juga terkesima dengan apa yang disampaikan oleh lelaki kedua.
Seorang bijak yang melihat peristiwa tersebut berteriak, “Sementara kalian berdua dan para pengikut kalian, telah terpesona oleh kesalehan kalian yang sangat mengagumkan, saling melatih dengan pengandai-andaian. Saat itulah hal-hal yang sesungguhnya telah terjadi.”
Para jamaah bertanya, “Apa itu?”
Sang bijak berkata, “Tak seorang pun tergoda oleh sepatu itu. Tak seorang tidak tergoda oleh sepatu itu. Pendosa yang kalian andaikan itu tidak ada. Justru, laki-laki lain, yang tidak memiliki sepatu sama sekali untuk dibawa masuk atau ditinggalkan di luar, memasuki masjid. Tak seorang pun melihat kedatangannya. Ia tidak sadar terhadap apa pun yang dipikirkan orang-orang yang melihat atau tidak melihatnya. Tetapi, karena ketulusannya yang sejati, salatnya di masjid ini sekarang membantu, dengan cara paling langsung mungkin, semua pencuri yang mungkin berniat untuk mencuri sepatu atau tidak atau mengubah diri mereka dengan melawan godaan tersebut.”
Tidakkah kita perhatikan, bahwa melakukan sesuatu secara sadar, betapa pun bagusnya itu, adalah sesuatu yang lemah ketika diukur dengan pengetahuan bahwa masih ada orang-orang bijak sejati lainnya. Allah A’lam. ***
Makassar, 26 Agustus 2022