Oleh : M. Dahlan Abubakar
SEBELUM menjadi orang kapal, Indar Bahadi pernah aktif dalam kegiatan berjamaah. Tidak saja daerah di tanah air yang disambanginya, tetapi juga sejumlah negara. Tersebutlah, Thailand, Bangladesh, dan India pernah ditandanginya. Pengalaman di India agaknya sangat membekas dalam dirinya.
Kepada penulis, Indar mengakui, pengetahuan agama yang dimilikinya kini, merupakan hasil berguru pada para kiai dan syekh sebelum dia bergabung dengan armada pelayaran. Dia bercerita, di India, sapi itu menjadi hewan suci yang disembah. Populasinya – karena tidak boleh disembelih dan dimakan dagingnya – jika tidak ada yang mengontrol bisa menimbulkan gejolak sosial. Hewan ini tidurnya di mana-mana. Kalau di jalan raya, tidak ada yang berani mengusirnya. Lalu lintas jadi macet sampai puluhan kilometer. Kereta tidak bisa jalan. Orang yang mau masuk kantor susah. Sapinya ditunggui saja bergerak sendiri, pindah dari jalan.
Akhirnya orang India memanggil orang Islam – yang memandang hewan itu sebagai makhluk biasa saja, bukan Dewa — untuk mengeluarkan hewan bandel tersebut dari tempatnya. Sapi-sapi itu pun diusir. Karena orang Islam diperbolehkan makan daging sapi, kemudian dijadikan sebagai salah satu solusi mencegah ledakan populasi sapi. (Di India kita mengenal sapi jenis Benggala dan Brahma, yang rata-rata badannya besar dan gemuk).
Untuk menjaga tidak terjadi gejolak sosial, taman-taman dijaga oleh orang Islam agar terhindar sebagai mangsa sapi yang menghabiskan tanaman yang tumbuh di taman. Di pasar-pasar pun dijaga oleh orang Islam. Sebab, sapi itu jika datang akan melahap jualan di pasar, seperti sayur-sayuran dan sebagainya. Bayangkan kalau sapi masuk pasar, dagangan orang Hindu-Buddha itu digasaknya.
Oleh sebab itu, tidak ada orang Hindu yang menjadi anggota satuan pengamanan (satpam) pasar. Percuma saja kalau mereka ini ada. Kalau sapi masuk pasar, mereka tidak ada yang berani mengusirnya. Kalau mereka mengusirnya, dianggap berdosa.
Orang Islam di India itu boleh mengambil sapi. Biasanya pada malam hari. Satu kelompok sapi itu biasa terdiri atas sampai 20 ekor. Kalau disembelih bisa habis tiga bulan dimakan. Makanya, orang Islam di sana enak dan nikmat. Yang kandangin dan pelihara orang India, tinggal orang muslim yang menyembelihnya.
Daging sapi yang digulai atau dikari ini dinikmati dengan beras India terasa cukup enak. Beras India itu panjang-panjang. Mirip beras Thailand. Gurih pula. Berasnya lebih bagus dari beras Indonesia. Jepang seperti beras Indonesia karena biasa lengket disumpit. Kalau beras India, Thailand dan Vietnam ‘gede-gede’, biar disumpit tidak bisa lengket. Hanya saja beras ketiga negara itu enak kalau dimakan dengan kari dan gulai sapi.
“Kalau habis salat, di masjid orang makan pakai daging sapi. Pakai gulai dan nasi, makan bersama. Satu niru dikelilingi 4-5 orang. Gratis. Susu sapi juga diperah sehingga orang bisa minum susu sapi setiap saat,” kenang Indar yang sempat puluhan hari berada di negara itu.