PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Peristiwa Israk Mikraj dan kitab suci Alquran merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw bagi umat Islam khususnya dan manusia pada umumnya. Peringatan perjalanan spiritual Nabi akhir zaman itu satu-satunya dilaksanakan di Indonesia dan tidak ditemukan di negara lain. Bahkan, pembangunan rumah ibadah di Indonesia, juga satu-satunya yang dilaksanakan secara gotong royong oleh umat Islam, meskipun ada bantuan pemerintah.
“Oleh sebab itu, umat Islam di Indonesia memiliki saham yang besar bagi perkembangan agama Islam,” ujar Dr. H. Andi Aderus, Lc, MA ketika membawakan hikmah Israk Mikraj Nabi Muhammas saw di Masjid Amirul Mukminin Kompleks Unhas Biring Romang Manggala Makassar, Sabtu (18/02/2023) pagi.
Sebelum Andi Aderus membawakan materinya, tampil memberikan sambutan Ketua Pengurus Masjid Amirul Mukminin Prof. Dr. drg. M. Hendra Candha, MS, Babinmas Kecamatan Manggala, dan Lurah Manggala yang diwakili Kepala Urusan Pemerintahan.
Lawatan spiritual Nabi Muhammad saw tersebut, kata Wakil Direktur Program Pascasarjana (PPS) UIN Alauddin Makassar itu, perjalanan Israk Mikraj Nabi Muhammad saw terdiri atas empat fase. Pertama, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Kedua, dari Masjidil Aqsa ke Ulul A’la. Ketiga, dari Ulul A’la ke Sidratul Muntaha. Keempat dari Sidratul Muntaha ke Alam Istiwa.
Dalam banyak riwayat, peristiwa dinaikkannya Rasulullah saw dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha disebut sebagai tempat gaib yang tidak mungkin ditangkap oleh pancaindra manusia mana pun. Dituliskan dalam QS Al-Isra ayat 1 yang artinya, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
“Israk mikraj Nabi Muhammad saw merupakan perjalanan masa depan karena apa yang diperoleh Nabi dalam perjalanan itulah yang dilaksanakan oleh umat Islam berupa salat hingga sekarang ini,” ujar doktor kelahiran Macanre Soppeng, 5 Maret 1970 tersebut
Lulusan S-1 (Lc) Fakultas Dirasat Islamiyah Wal Arabbiyyah di Fakultas Darul Ulum Universitas Al Azhar Cairo, Mesir (1995) itu mengatakan, perjalanan Nabi ketika tiba di Baitul Maqdis, mentornya adalah jibril. Ketika mencapai ufuk tertinggi, Nabi melewati pintu-pintu langit yang dihuni oleh para nabi. Dalam perjalanan ke Sidratul Muntaha ini Nabi saw didampingi Jibril yang dihuni oleh para malaikat.
“Nabi melihat ada malaikat sedang bersujud, duduk bertasbih, sedang berdiri, dan itu merupakan gerakan-gerakan salat yang kemudian kita lakukan pada saat salat lima waktu,” ujar lulusan S-2 Fakultas Darul Ulum pada Bidang Falsafah Islamiyyah Universitas Al Azhar (2002) itu.
Andi Aderus yang pernah menjadi dosen tamu di Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan Brunei Darussalam (2011-2015) mengatakan, pada fase keempat dari Sidratul Muntaha ke Alam Istiwa, tempat yang tidak mahluk yang dapat menjangkaunya. Satu-satunya yang sampai ke sana adalah Nabi Muhammad saw yang kemudian melewati cahaya. Oleh sebab itu, muncul istilah nur Muhammad, cahaya Muhammad.
“Tempat ini jibril pun tidak berani sampai ke sana,” ujar doktor yang memimpin Pondok Pesantren Al Irsyad DDI Pattojo Soppeng sejak 2002 ini.