Kamudian, jika hari kerja 25 hari sebulan, maka jumlah belanja penduduk Gowa di Makassar mencapai 312,5 milyar setiap bulan, atau 3,75 trilyun dalam setahun. Wow, fantastik. Pantas saja Adnan, begitu ia dipanggil, menaruh perhatian besar terhadap masalah ini. Sebab setiap tahun, Gowa kehilangan pendapatan sekitar 4 trilyun. Simulasi ini sekaligus menunjukkan kalau PDRB per kapita Gowa yang dilaporkan selama ini, tidak realistis, jika tak disebut sebagai PDRB per kapita semu.
Bayangkan jika uang sebesar itu berputar di Gowa, maka tidak hanya memacu laju pertumbuhan, tetapi juga dapat meningkatkan PDRB per kapita secara riil. Andai ini terjadi, maka dapat dipastikan bahwa Gowa tak lagi tampak sebagai kabupaten miskin dalam angka statistik, dan, bahkan PDRB per kapita Gowa pun akan jauh lebih realistis.
Melihat posisi Gowa sebagai penyangga Makassar, saya kemudian membayangkan Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek), sebagai penyangga DKI Jakarta. Bodetabek juga mengalami PDRB per kapita semu. Mungkin hanya berbeda pada jumlah penghasilan yang dibelanjakan penduduk Bodetabek di Jakarta, jauh lebih besar.
Lantas, apa upaya Adnan sebagai bupati untuk mengambil kembali pendapatan Gowa yang hilang itu ? Idea Adnan sederhana, yaitu, membangun sesuatu di Gowa yang tidak ada di Makassar, namun sangat dibutuhkan oleh masyarakat Makassar yang makin doyan weekend. Kedengarannya sederhana, tetapi ketika Gowa berhasil mengembangkan pariwisatanya, dipastikan akan memberi dampak ekonomi yang jauh lebih besar. Apa lagi, Gowa memang memiliki beragam potensi untuk itu, khususnya wisata alam.
Idea Adnan mengembangkan pariwisata untuk menggoda masyarakat Makassar agar mau menghabiskan akhir pekannya di Gowa, sangat rasional. Misalkan dalam setahun ada 50 ribu orang Makassar berkunjung di Gowa dan rata-rata berbelanja 10 juta rupiah, maka Gowa berpotensi meraup pendapatan hingga setengah trilyun rupiah. Bagaimana jika Gowa mampu menarik 2% penduduk Sulawesi Selatan yang sudah mencapai 9 juta jiwa ?
Karena itu jangan heran jika ia sudah menaruh perhatian besar pada sektor ini sejak periode pertamanya memimpin Gowa. Event seperti “Beautiful Malino” yang diluncurkan untuk pertama kalinya pada 2015, adalah buktinya. Lalu pada periode keduanya, ia mulai menggenjot pembangunan berbagai destinasi wisata baru, seperti Cimory Dairyland, yang bakal menjadi icon baru bagi Kabupaten Gowa.
Adnan tampaknya benar-benar menyadari kalau keunggulan Gowa, memang terletak pada sektor pariwisata. Oleh karena itu, di tengah miskinnya destinasi wisata yang dimiliki Sulawesi Selatan saat ini, maka sangat lumrah jika berharap pada Gowa, agar dapat menjadi destinasi wisata baru yang terkemuka di Indonesia.
Makassar, 16 Maret 2023.