PEDOMAN RAKYAT, MAKASSAR. Prof.Dr. Ir. Yushinta Fujaya, M.Si., baru saja merampungkan program “Fulbright Visiting Research”-nya di Smithsonian Environmental Research Center (SERC), sebuah pusat penelitian yang terletak di kota kecil nan indah, Edgewater, Maryland, Amerika Serikat. Enam bulan dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin hidup di tengah-tengah masyarakat Amerika Serikat, beradaptasi dengan kultur dan kebiasaan mereka, terutama bagaimana mereka mengelola penelitian dan melindungi sumber daya alam dan lingkungannya.
Setiba di Indonesia, Yushinta berkenan “sharing” pengalaman yang sangat menginspirasi dengan PEDOMAN RAKYAT.
Blue Crab vs Rajungan dan Kepiting Bakau
Yushinta bercerita tentang “Blue Crab” (kepiting biru) yang merupakan topik kajiannya di Amerika Serikat. “Blue crab” adalah sumberdaya perikanan sangat penting dan populer di Amerika. Di mana mana dapat ditemui souvenir-souvenir berbentuk kepiting biru, restaurant kepiting, bahkan “food truck” kepiting. Tampak, mereka benar-benar mencintai “Blue Crab”-nya. Kecintaan ini bukan hanya berasal dari kegemaran makan kepiting saja, melainkan juga kepiting telah menghidupi sangat banyak nelayan atau “Water Man” di sekitar “Chesapeake Bay”. (Teluk Chesapeake)
“Blue Crab” adalah “seafood” yang bergengsi dengan harga yang mahal. Kennedy et al dalam buku “The Blue Crab” terbitan 2007 mengatakan bahwa “Blue Crab” disajikan untuk pengunjung dari Eropa pada awal tahun 1600-an,” kata guru besar kelahiran Makassar, 23 Januari 1965 tersebut.
Kegemaran terhadap “seafood” ini masih terus berlanjut hingga kini meskipun banyak dari pecinta “crab cake” mungkin tidak menyadari bahwa kepiting yang mereka makan bukan lagi “Blue Crab” asli dari perairan Chesepeake Bay atau pun dari Samudra Atlantik, melainkan dari Indonesia. Secara taksonomi, Rajungan (Portunus pelagicus) dan Kepiting Bakau (Scylla spp.) masih bersepupu dengan “Blue Crab” (Callinectes sapidus) di Amerika, mereka sama sama dari “Family Portunidae”.
Phillips Foods Inc. yang berbasis di Baltimore pertama kali ekspansi ke Indonesia pada sekitar tahun 1994. Sejak saat itu, Rajungan yang juga dikenal sebagai “Blue Swimmer Crab” menjadi populer dan banyak diburu untuk diperdagangkan. Pabrik-pabrik pengupasan dan pengalengan daging kepiting kemudian muncul di berbagai sentra penghasil rajungan.
Sejarah Perikanan Blue Crab di Amerika
Kennedy et al (2007) dalam Buku “The Blue Crab” menjelaskan, beberapa jurnal memberitakan tentang “blue crab”. Jurnal tertua menceritakan bahwa “Blue Crab” disajikan sebagai sarapan yang lezat kepada pengunjung dari Eropa pada 1600-an. Pada akhir 1700-an seorang pelancong Inggris mencatat, kepiting keras dan kepiting lunak adalah makanan populer di pantai Atlantik. Namun hingga seabad kemudian, kepiting ini hanya dapat dimakan di sekitar area kepiting ditangkap karena binatang laut ini sulit disimpan dalam keadaan segar atau hidup di udara terbuka, terutama pada musim hangat.