“Patut disayangkan kalau memang itu penyebab ketidakhadiran rektor. Padahal hal tersebut sudah selesai usai pemilihan”, katanya.
Kalau benar itu penyebabnya, lanjut Saifullah, ini menunjukkan rektor Unhas tidak punya kapasitas kepemimpinan dalam merangkul semua pihak pasca pemilihan.
“Seharusnya rektor Unhas punya visi jauh ke depan soal institusi Unhas dan mampu memberi ruang besar bagi perbedaan pendapat dan tidak terjebak pada politik praktis”, katanya.
Apalagi, kata Saiful, akhir-akhir ini dinamika kampus Unhas menuai sorotan karena aksi tawuran mahasiswa. Seperti aksi tawuran mahasiswa dengan Organda beberapa waktu lalu.
“Seharusnya, rektor Unhas menjadikan dua gelaran tersebut sebagai momentum kepedulian pimpinan kampus terhadap fenomena kekerasan di kampus untuk sama-sama mencari solusinya dengan kalangan pimpinan Fakultas serta tokoh alumni Unhas lainnya”, ujarnya.
Sekretaris Rektor Unhas Muhammad Sawedi saat dikonfirmasi mengatakan ketidakhadiran rektor pada acara tersebut, karena kebetulan bersamaan dengan kedatangan menteri ART/BPN.
“Dua minggu sebelum acara tersebut, Pak Rektor juga sudah ketemu JK di Rektorat Unhas”, katanya. (*)