Oleh : Mayjen TNI (Purn) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki
YA ALLAH Ya Tuhanku, tak terasa telah sampai pada akhir Ramadan. Kehidupan seorang manusia hanyalah sekumpulan waktu. Setiap hari berlalu, maka berkuranglah kesempatan hidup. Seseorang yang dirindu sebelum kedatangannya, pastilah terasa berat untuk berpisah dengannya.
Andai saja diperkenankan, maka masih ingin rasanya berlama-lama dengannya. Demikian pula dengan Ramadan.
Bagi orang beriman, bulan suci ini begitu dinanti dan kepergiannya akan menyisakan kesedihan yang mendalam. Andai bisa, maka saya meminta setiap hari adalah Ramadan.
Kesedihan itu kian bertambah ketika kita ingat betapa Allah Subhanahu Wataala sangat sayang kepada hamba-Nya yang giat beribadah di bulan Ramadan. Maka benar-benar merugi apabila seseorang meninggalkan peluang berharga tersebut tanpa gelar Taqwa.
Demikian juga dengan amal sunah salat tarawih, di dalamnya terdapat pengampunan dosa dari Allah.
“Barang siapa melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Al-Bukhari No. 1901)
Tidak hanya itu, membaca Alquran, bersedekah, berselawat dan mengeluarkan zakat juga merupakan sarana pengampunan dosa.
Dan anugerah terindah bagi seorang hamba adalah manakala Allah mengampuni dosa-dosanya.
Namun betapa sedihnya atau khawatirnya kita jika amal-amal yang telah dikerjakan selama ini, ditolak oleh Allah.
Sebab amal saleh memang bisa saja tertolak karena tidak memenuhi syarat-syarat, rukun-rukun, sunah-sunah dan adab-adabnya.
Apakah kita masih akan tetap konsisten dengan amalan sebagaimana yang kita jalani di bulan Ramadan ?