Oleh Rendika Agustianto (Guru Pondok Pesantren Showatul Is’ad Ma’rang Pangkep)
Sambil membawa kursi roda, kulaporkan keadaan kondisi jamaah haji Indonesia “Haram 1/2/3 – Haram 4, melaporkan bahwa situasi di area bawah jembatan menuju ke pintu Marwah dan terminal Bab Ali saat ini padat lancar. Banyak dari butir-butir merah putih bersiap-siap memasuki Masjidil Haram dengan tertib dan teratur,” gumamku dalam bravo yang kupegang.
Tak salah jika orang Maroko saja kagum dan menaruh hormat kepada orang Indonesia. Di manapun saya berjumpa dengan mereka ketika disebutkan berasal dari Indonesia, mereka menimpali kalau orang indonesia itu baik-baik, sopan santun, ramah dan selalu tertib.
Kesan itu mereka dapat dari jamaah Maroko yang pernah berhaji maupun umrah, ini berbeda dengan jamaah haji dari negara lainnya yang seringkali sikut-sikutan ketika beribadah. Saling dorong-dorongan ketika tawaf. Cerita ini menjadi turun temurun, entah sudah berapa kali saya dengar cerita ini di berbagai kesempatan dalam perbincangan dengan mereka, baik di transportasi umum maupun ketika di perkuliahan. Bahkan tak berlebihan ketika mereka menyebut bangsa Indonesia itu “Ahsanul khalqi fi Alam” (sebaik-baik manusia di bumi).