Menurutnya, usulan tersebut telah mendapat tanggapan positif dari Dr. H. Ajiep Padindang selaku pemrakarsa pelaksanaan Kongres Kebudayaan Sulawesi Selatan tahun ini.
Dikatakan, dengan adanya rekomendasi itu maka Pemerintah Provinsi dapat mengeluarkan Surat Keputusan tentang Penetapan Hari Sastra Sulawesi Selatan sebagai dasar hukum untuk melakukan peringatan setiap tahunnya.
Bercermin kepada Provinsi lain, Mahrus Andis yang mantan birokrat di Pemkab Bulukumba ini menyatakan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur telah resmi memperingati Hari Sastranya yang jatuh pada tanggal 16 Juni setiap tahun.
“Penetapan Hari Sastra NTT itu berdasar pada tanggal kelahiran Gerson Poyk, seorang tokoh sastrawan nasional asal Flores. Sulsel pun sejatinya melakukan hal yang sama. Kongres Kebudayaan yang akan digelar ini menjadi momen penting dan sangat tepat untuk melahirkan rekomendasi tentang Hari Sastra itu,” jelasnya.
Ditanya soal dasar penetapan Hari Sastra Sulsel, menyebut nama seorang sastrawan nasional asal Makassar yaitu A.M. Dg. Miyala.
“Tidak banyak orang yang mengenal nama itu. Dia seorang penyair Indonesia asal Sulawesi Selatan yang tercatat di dalam sejarah sastra Angkatan Pujangga Baru yang se zaman dengan Sutan Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, M. Yamin dan J.E. Tatengkeng (1933-1942),” ulasnya.
“Penyair ini lahir di Makassar, 02 Januari 1909. Nama lengkapnya, Abdul Muin Daeng Myala. Dia pun pernah menulis dengan memakai nama A. M. Tahir. Nama A.M. Dg. Miyala sudah pernah diabadikan sebagai nama salah satu ruangan di Dewan Kesenian Makassar (DKM) di awal tahun 1970-an,” pungkasnya. (*)