Menulis Opini dan Esai di Medsos dan Media Massa

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Pengumuman calon guru PNS hampir bersamaan dengan pengumuman calon reporter Harian Pedoman Rakyat. Hasilnya, saya tidak lulus jadi guru PNS, tapi lulus jadi calon reporter Harian Pedoman Rakyat.

Saya diterima sebagai calon reporter bersama sekitar 25 orang lainnya. Namun ternyata, kami belum diterima secara penuh, karena masih ada masa percobaan selama tiga bulan, kalau tidak salah Januari hingga Maret 1992.

Tiga bulan kemudian, keluarlah pengumuman dan saya dinyatakan lulus bersama enam orang lainnya, yakni saya sendiri Asnawin, Mohammad Yahya Mustafa, Mustam Arif, Rusdy Embas, Ely Sambominanga, Indarto (alm), dan Elvianus Kawengian (alm).

Sejak itulah, kami menjadi wartawan Harian Pedoman Rakyat, sampai akhirnya Harian Pedoman Rakyat tidak terbit lagi pada September 2007.

Gaya Penulisan

Setelah menjadi wartawan, saya tentu lebih bebas lagi menulis. Selain menulis berita, saya tetap banyak menulis artikel, juga menulis berita dalam bentuk feature dan reportase.

Dengan seizin teman-teman di redaksi harian Pedoman Rakyat, saya membuka kolom “Lanskap” yang dicantolkan pada rubrik Opini halaman 4, setiap hari Senin. Kolom Lanskap adalah opini saya dengan gaya esai.

Gaya penulisan saya banyak dipengaruhi tulisan Sumohadi Marto Siswoyo atau Sumohadi Marsis, pendiri dan Pemimpin Redaksi Tabloid Bola (Tabloid Bola awalnya terbit setiap hari Jumat sebagai sisipan Koran Harian Kompas, lalu kemudian Tabloid Bola berdiri sendiri dan saya selalu membeli setiap terbit).

Sumohadi Marsis punya rubrik di Tabloid Bola yang diberi nama “Catatan Ringan”. Isinya benar-benar catatan ringan, ringan bahasanya, kalimatnya pendek-pendek, tidak menghakimi, tidak menghujat, dan selalu diselingi humor.

Gaya penulisan saya juga banyak dipengaruhi oleh gaya tulisan HM Dahlan Abubakar, guru jurnalistik pertama saya di Harian Pedoman Rakyat. Beliau selain sebagai wartawan (mantan Pemimpin Redaksi Harian Pedoman Rakyat), juga seorang dosen (Universitas Hasanuddin) dan banyak menulis buku.

Baca juga :  Alienasi

Mengajar di Kampus

Ketika Harian Pedoman Rakyat tidak lagi terbit, saya mengajar sebagai dosen luar biasa di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar (2008-2014), di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Makassar (tahun 2010), di Universitas Negeri Makassar (UNM, tahun 2020), serta di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar (2007-2014), dan di Universitas Pancasakti (Unpacti) Makassar (masih mengajar sampai sekarang).

Saya mengajarkan beberapa mata kuliah, antara lain mata kuliah Jurnalistik, mata kuliah Penulisan Artikel, Esai dan Opini, mata kuliah Teknik Peliputan Berita, mata kuliah Teknik Penulisan Berita, mata kuliah Kehumasan dan Keprotokolan, mata kuliah Dasar-dasar Public Relation, mata kuliah Public Speaking dan Retorika, serta mata kuliah Pengembangan Kepribadian dan Human Relation.

Mata kuliah apapun yang saya ajarkan, saya selalu mewajibkan mahasiswa membuat tulisan, baik berupa makalah maupun artikel ilmiah populer atau artikel opini. Itu saya lakukan, karena saya ingin semua mahasiswa bisa dan mahir menulis artikel opini.

Menulis di Media Sosial

Tahun 2017, saya menulis secara rutin opini dalam bentuk obrolan di media sosial Facebook, dengan nama “Obrolan Daeng Tompo dan Daeng Nappa.”

Tulisan itu berisi obrolan antara dua tokoh rekaan bernama Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’, yang sambil ngopi membahas berbagai masalah, mulai dari masalah keseharian, masalah-masalah sosial kemasyarakatan, masalah politik dan pemerintahan, hingga masalah agama.

Beberapa teman menyarankan agar tulisan-tulisan dalam Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’ dikumpulkan dan dibukukan. Mudah-mudahan hal itu dapat terwujud.

Materi Khutbah Jadi Artikel Opini

Dalam beberapa tahun terakhir, saya aktif berceramah di masjid, baik ceramah singkat yang biasa disebut kultum (kuliah tujuh menit), maupun ceramah tarwih dan khutbah Jumat. Materi khutbah Jumat selalu saya buat secara tertulis agar terdokumentasi.

Baca juga :  Dirangkaikan HKN, Pemkab Sinjai Gelar Upacara Peringatan Harhubnas

Belakangan saya kemudian mengubah materi khutbah tersebut menjadi artikel opini dan memuatnya di media daring, antara lain di Pedoman Karya (www.pedomankarya.co.id), di website MUI Sulsel (https://muisulsel.com/), dan di website MUI Pusat (https://mui.or.id/).
Saya berharap tulisan-tulisan saya bermanfaat bagi banyak orang dan semoga menjadi amal jariyah bagi saya, amin. (***)

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Prof. Dr. Hj. Darmawati H, S.Ag, M.HI Medsos Sering Dianggap Sarana Perselingkuhan

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Telepon pintar (“smartphone) dan internet memudahkan hubungan kapan dan di mana saja. Namun di balik...

Prof. Dr. Abdullah Abd.Thalib, S.Ag, M.Ag Tauhid Jadi Kerangka Pandangan Hidup

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Dalam pendekatan filsafat dan tasawuf, tauhid tidak berhenti pada pengakuan verbal atau pemahaman dogmatis, tetapi...

Berbaur dengan Warga, Wabup Sinjai Saksikan Laga Sepak Bola di Lapangan Gelora Massa

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Usai membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten Sinjai, Wakil Bupati Sinjai Andi...

Sinjai Terima Sertifikat Bebas Frambusia dari Kemenkes RI

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kesehatan di Kabupaten Sinjai, Bupati Dra.Hj. Ratnawati Arif kembali...