Paparan Endang Sari menarik perhatian mahasiswa. Jika Fajlurrahman Jurdi berbicara soal demokrasi dan hukum dari tataran teoretis, Endang Sari justru fokus membongkar perilaku berpemilu warga Kota Makassar, wilayah yang berada di bawah wewenang lembaga pemilu tempat dia bergabung.
Riset KPU, kata Endang Sari, Kota Makassar sangat berisik dengan politik uang. Pada saat pilkada yang lalu, dipasang di lorongnya, tolak pilpres yang menerima politik uang, tetapi menerima serangan fajar. Ada RT dan RW tertentu di salah satu kecamatan, satu RT tidak datang menggunakan hak pilihnya. Makanya, partisipasi kita rendah.
“Mengapa tidak memilih, kami protes karena pada saat pilkada digelar sudah ada yang menulis nama kami mau dikasih serangan fajar. Giliran hari H serangan fajar tidak datang. Ternyata, kami dibohongi dan kami protes. Kami tidak dapat serangan fajar sehingga tidak menggunakan hak pilih. Masyarakat kita tidak malu-malu lagi dengan hal itu,” ungkap Endang Sari.