Oleh Musdah Mulia
Tidak banyak orang tahu, sekalipun orang Islam, bahwa Sisilia pernah menjadi wilayah kekuasaan Islam. Hal itu terlihat antara lain dari bangunan-bangunan megah yang sekarang menjadi ikon pulau tersebut yang sejatinya merupakan sisa-sisa peninggalan peradaban Islam. Di antaranya adalah Palazzo Dei Normann yang dulunya merupakan istana para emir Arab, Gereja San Giovanni Degli Eremiti yang dulunya merupakan masjid. Lalu, ada Katederal Lucera yang dahulunya juga masjid.
Philip K. Hitti dalam bukunya The History of Arabs menyebutkan bahwa Ibnu Hawqal, seorang saudagar muslim menceritakan kehebatan kota Palermo. Menurutnya, kota itu memiliki istana yang sangat indah di pusat kota yang berdampingan dengan masjid besar yang juga tak kalah indahnya. Masjid itu dulunya bekas Katedral Romawi. Sebelum jatuh ke tangan kekuasaan Islam, Palermo pernah berada dalam kekuasaan Byzantium (nama lain untuk Kekaisaran Romawi Timur). Saat dikuasai orang-orang Byzantium itulah pada 652 Palermo diserang oleh tentara Islam di bawah pimpinan Muawiyah bin Abu Sofyan (602-680 M), khalifah pertama Dinasti Umayyah.
Islam semakin menguatkan posisinya ke Italia abad kesembilan dan lebih intensif lagi ketika Dinasti Aghlabiyah berkuasa di sana. Di bawah pemerintahan Ziyadatullah I bin Ibrahim, Sisilia berhasil ditaklukkan sepenuhnya. Pada 827 terjadi pemberontakan orang-orang Sisilia terhadap Gubernur Byzantium yang berkuasa. Karena merasa tidak berdaya menghadapi kekuatan militer penguasa, para pemberontak pimpinan Euphemius itu memohon bantuan militer kepada Ziyadatullah I (817-838), pemimpin pasukan Dinasti Aglabiyah, nama lain Tunisia yang saat itu menjadi bagian dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Gayung pun bersambut.