Lanjutnya, beberapa hari di rumah, Nurfitriyanti mengalami sesak, jahitannya terlepas bagian pusar, kemudian Ia langsung membawanya ke RS Siloam (24/6/2024) tetapi ditolak karena sudah dibedah. Jadi, kembali dia membawanya ke RS Bhayangkara dan ditolak juga dengan alasan banyak pasien (tidak ada tempat tidur kosong).
“Ibunya sempat cekcok dengan perawat sembari melontarkan ucapan ‘kenapa ditolak’ sementara Nurfitriyanti ini dioperasi di rumah sakit ini,” terangnya.
“Setelah terjadi perdebatan akhirnya anak saya diperiksa oleh dokter diatas mobil dan sekitar pukul 23.00 Wita Nurfitriyanti baru masuk kamar perawatan. Tetapi dokter tidak pernah muncul. Tanggal 29 Juni, jam 12.00 Wita siang jahitan bekas operasinya dibuka. Berselang itu, sekitar pukul 20.00 Wita bekas jahitan yang dibuka tersebut mengeluarkan darah diduga karena luka itu belum kering. Sudah pendarahan dan mengakibatkan fisiknya jadi lemah sehingga dimasukkan ke ICU sekitar jam 3-4 dini hari,” ucap orangtua Nurfitriyanti di hadapan sejumlah awak media.
Kemudian di tanggal 30 Juni usai waktu shalat magrib, jantung dan nadi anaknya tidak stabil sehingga dipasangkan selang di hidung dan mulutnya. Tanggal 2 Juli 2024 Nurfitriyanti meninggal dunia sekitar pukul 07.15 Wita.
Menurutnya, wafatnya Nurfitriyanti diduga kuat terjadi akibat malpraktek yang dilakukan oleh salah satu oknum dokter ahli penyakit dalam dan bedah berinisial ER.S yang bertugas di RS Bhayangkara Makassar.
“Diduga akibat tindakan yang menyalahi prosedur SOP inilah sehingga Nurfitriyanti (20) menghembuskan nafas terakhir dan menjadi korban malpraktek yang dilakukan oleh salah satu oknum dokter RS Bhayangkara,” ungkap Bakri.
“Pasca dilakukan operasi pada saat itu, anaknya mengalami jahitan yang sangat panjang sehingga kondisi kesehatan Nurfitriyanti menjadi lemah dan akhirnya meninggal dunia,” tambahnya.
Atas kejadian ini, orangtua korban meminta kepada pihak RS Bhayangkara Makassar agar segera bertanggung jawab terkait dugaan malpraktek yang dilakukan salah satu oknum dokter ahli penyakit dalam dan bedah yang berujung meninggalnya Nurfitriyanti. (*)