Catatan : James Wehantouw (Wartawan Senior Makassar & Dewan Penasehat PWI Sulsel)
LANGIT CERAH dan teriknya matahari siang melepas keberangkatan Kapal Motor (KM) Lambelu dari dermaga Pelabuhan Soekarno-Hatta Kota Makassar, Rabu 10 Juli 2024 sekitar pukul 13.30 Wita. Lambaian tangan seribuan penumpang sembari bertutur dalam hatinya “Adios Amigos” atau “Selamat Tinggal Teman-teman” tampak mewarnai suasana area geladak samping pada badan kapal laut milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) itu.
Dinakhodai Capt Daud Panggalo dengan dukungan crew-crew handal dan berkompetensi di bidangnya masing-masing, kapal motor berukuran panjang 146,50 m, lebar 23,40 m, berat kotor 14.649 ton serta berkapasitas muat 2.000-an penumpang itu, pun secara perlahan bergerak tenang menyusuri lautan pesisir Selat Makassar menuju Pelabuhan Kota Parepare (berjarak sekitar 155 Km dari Kota Makassar), kota berjuluk “Kota Cinta Habibie-Ainun”.
Setelah berlayar kurang lebih 5 jam dengan kecepatan maksimal 17-18 knot menempuh jarak 94 mil, KM Lambelu tiba di Pelabuhan Parepare jelang magrib, sekitar pukul 18.30 Wita. Riuh dan hiruk pikuk porter pelabuhan, pedagang asongan hingga ratusan penumpang yang baru naik, menambah ramainya suasana di seluruh penjuru kapal laut yang menggunakan nama gunung tertinggi di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), yakni Gunung Lambelu.
Selain nama gunung yang terletak di Desa Lambelu, Kecamatan Pasikolaga di Kabupaten Muna, Pulau Buton, Lambelu juga diketahui nama sebuah desa di Kecamatan Bungku Barat, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Dan KM Lambelu merupakan salah satu dari 25 buah kapal motor milik PT Pelni yang menggunakan nama gunung di Indonesia. Kapal motor lainnya yang menggunakan nama gunung, yakni Awu, Binaya, Bukit Raya, Bukit Siguntang, Ciremai, Dobonsolo, Dorolonda, Egon, Gunung Dempo, Kelud, Labobar, Kelimutu, Lawit, Leuser, Nggapulu, Pangrango, Sangiang, Sinabung, Sirimau, Tatamailau, Tidar, Tilongkabila, Umsini dan Wilis.
Malam hari tepat pukul 21.00 Wita, KM Lambelu kembali angkat jangkar dari kedalaman laut depan dermaga Pelabuhan Parepare dan melanjutkan pelayaran menuju Kota Balikpapan, ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Naiknya ratusan penumpang baru dengan tujuan Balikpapan, Tarakan dan Nunukan semakin menambah keramaian suasana di atas kapal ini. Sejumlah deck tempat penumpang beristirahat hingga kamar-kamar yang tersedia, tampak penuh terisi.
Mengisi aktivitas di malam pertama berada di atas KM Lambelu, penumpang yang tersebar di sejumlah deck dan kamar-kamar, terlihat melakukan beragam aktivitas, mulai dari bincang-bincang berkelompok bersama teman, kerabat maupun keluarga. Ada yang asyik bermain domino atau kartu yoker, ngopi dan makan malam di kafetaria yang dilengkapi fasilitas karaoke, menyewa perlengkapan permainan games, menghibur diri di ruangan live music maupun bioskop mini, dan tentunya bagi para pecandu rokok pasti lebih memilih nongkrong di area terbuka, geladak samping kiri-kanan kapal.
Esok harinya, Kamis 11 Juli 2024 pukul 13.00 Wita, KM Lambelu sandar di Pelabuhan Semayang Balikpapan. Banyaknya penumpang dari Makassar dan Parepare yang turun disini, menyebabkan suasana di dek-dek kapal terlihat agak lengang, tidak sepadat sebelumnya. Hanya sekitar 2 jam transit, tepat pukul 15.00 Wita, kapal pun bergegas meneruskan pelayaran menuju Tarakan, kota terbesar di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dan dinobatkan sebagai Kota Terkaya ke-17 di Indonesia.