Untuk menyiasati persaingan pasar dalam negeri, maka Tonasa memproduksi Semen Merdeka yang dijual dengan relatif lebih murah, yang tujuannya sebagai fighting brand atau produk semen yang sengaja dilempar ke pasaran sesuai dengan keinginan pasar, dengan tetap menjaga mutu produksi.
Dewasa ini, produksi semen terbesar di Indonesia masih dikuasai oleh Cina yang besarnya mencapai 8 juta ton pertahun yang dijual dengan nama branded Semen Singa Merah.
Menyiasati kelebihan produksi, Tonasa membuat portofolio produk semen untuk berfungsi sebagai Fighting Brand di pasaran, selain itu industri semen juga harus memiliki inteligen pasar.
Terkait dengan pembangunan IKN, PT Semen Tonasa sejak tahun lalu memberikan dukungan produksi semen ke IKN sekitar 80 hingga 100 ribu zak perbulan.
“Yang jelas Tonasa diberi peran cukup besar dalam pembangunan IKN,” ujar Asruddin.
Dijelaskan, Tonasa juga saat ini berkomitmen mengurangi emisi karbon dengan mengurangi penggunaan batu bara yang diganti dengan gas atau energi dari sekam padi.
Meski diakui, penggunaan batu bara itu tidak bisa langsung dihentikan karena 30 persen pembakaran material semen itu harus memakai batu bara yang bisa membakar bahan sampai 1.500 derajat. Menjelang tahun 2030, Tonasa secara perlahan melakukan substitusi bahan bakar hingga mencapai 30 persen. (*)