‘’Saya diancam. Jika Laksus Kodam XIV Hasanuddin tidak bisa menerima baik berita itu maka saya harus bersedia ditangkap dan dipenjara. Pada saat itu dengan tegas saya menyatakan siap,’’ tuturnya.
Ternyata Laksamana TNI Soedomo yang saat itu menjadi Panglima Kopkamtib saat berkunjung ke daerah ini sangat menghargai berita itu. Dia memberikan acungan jempol. Barulah saat itu Mayor Drs. Abdullah Suara mau menerima Machmoed untuk menemuinya. Tidak ada terima kasih yang keluar dari mulutnya. Sejak itu Abdullah Suara sangat mempercayai terhadap apa yang diperbuat sang Pemred Surat Kabar Semangat Baru itu.
Mingguan ini berhenti terbit sebab Drs. Abdullah Suara diangkat sebagai Bupati Luwu. Dia juga meminta Machmoed menjadi staf Humas Pemkab Luwu. Tetapi, dia dengan tegas menolaknya.
‘’Saya memang sudah ditakdirkan sebagai wartawan,’’ kata Machmoed yang kemudian bergabung dengan Surat Kabar Harian Tegas sejak tahun 1975 sampai 1999.
Di harian ini dia sempat menjabat Wakil Pemred pada tahun 1997. Dua tahun kemudian menjadi Pemred Mingguan Abadi Nusantara.
Ada pengalaman menarik yang dialami Machmoed Sallie pada tahun 1981. Saat itu, bersama saya (PR), Bachtiar M.Amran (Kompas), Titiek K (Fajar), Mantjo Radia (Pos Makassar), memenuhi undangan Atik Sutedja (alm), Bupati Mamuju. Pada waktu itu, jalan darat ke Mamuju sering diistilahkan ‘’bernapas dalam lumpur’’.
Rombongan berangkat dari Makassar pukul 08.00 menumpang mobil Hardtop DD 1 MU. Tiba di Mamuju pukul 22.00 setelah melalui perjalanan yang sangat melelahkan. Pak Atik mengambilalih stir, ketika kendaraan melewati satu sungai besar yang menggunakan rakit. Kata Pak Atik, ada buaya besar di sungai itu, ketika dia memaksa meloncatkan hardtopnya hingga ke pinggir sungai. Di tengah jalan, rombongan menemukan ada kendaraan yang terjebak di dalam lumpur dan ditinggalkan begitu saja oleh pengemudinya.