Kembali ke kisah rombongan wartawan yang bermalam. Masih pagi sekali rombongan sudah mulai berjalan lagi. Naik turun gunung melalui jalan setapak yang licin. Rombongan yang dipimpin Djamaluddin Lolo, termasuk yang pertama tiba di Kalumpang. Rombongan Pak Atik, kemudian dijemput oleh empat wartawan yang sudah tiba lebih dahulu. Rombongan bupati juga mengikuti jalan setapak yang dilalui Machmoed dkk.
Ibu kota Kecamatan Kalumpang ini benar-benar terisolasi. Hubungan komunikasi hanya melalui air, mengandalkan katinting’. Komunikasi informasi satu-satunya adalah menggunakan Single Side Band (SSB) langsung ke Kota Mamuju.
Pak Atik ngotot membawa wartawan ke Kalumpang karena pertama kali seorang pejabat bupati berkunjung ke daerah kaya emas ini. Di kantor bupati, setiap ada tamu yang berkunjung, Pak Atik selalu bangga memperlihatkan bongkahan emas mentah yang belum diolah yang bersumber dari Kalumpang. Emas itu hasil dulangan dan pertambangan tradisional penduduk di Kalumpang.
Selain emas, di kecamatan ini terkenal dengan kain sekomandi yang mahal harganya. Terbuat dari serat-serat kayu yang kuat dan diberi warna dari getah kayu. Kain ini memiliki daya tahan yang cukup lama. Harga kain ini juga mahal.
Pada malam hari, ada acara ramah tamah dengan masyarakat setempat. Pak Atik memberikan sambutan. Tak lupa, para wartawan yang mendampingi perjalanannya dia perkenalkan.
‘’Inilah wartawan-wartawan pioner dan pertama menginjakkan kaki di Tanah Kalumpang ini,’’ seru Pak Atik Sutedja, setelah memanggil seluruh wartawan yang mendampinginya berdiri di belakangnya.