Lama sekali, teman-teman wartawan putus komunikasi dengan Pak Atik. Soalnya, dia menikmati masa-masa pensiunnya di Tanah Parahiyangan, Bandung, Jawa Barat. Tak ada teman wartawan pioner Kalumpang yang tahu Pak Atik meninggal dunia beberapa tahun silam. Mereka sedih sekali, ketika Agus Sumantri (alm.), putra almarhum di Biro Humas Kantor Pemda Sulsel memberi tahu bahwa ayahnya sudah berpulang ke pangkuan Ilahi Rabbi. Inalillahi wainna ilaihi raajiun.
Dibujuk Jadi Humas
Tak hanya Abdullah Suara yang mengajak Mahmud Sallie menjadi staf Humas Pemkab Luwu, tetapi juga Drs.H. Iskandar Susilo. Itu gara-gara Machmoed tampil sebagai juara II Lomba Penulisan Koperasi dan KB se-Sulsel tahun 1984 yang dilaksanakan BKKBN Sulsel dengan Kanwil Koperasi Sulsel. Menerima tawaran itu, Sekretaris Dewan Mahasiswa UMI (1966-1969) ini lagi-lagi menolaknya.‘
’Saya mengatakan bahwa saya ini terlanjur mencintai dunia kewartawan. Sudah sulit bagi saya meninggalkan dunia yang menawarkan banyak tantangan ini,’’ begitu alasan lelaki bertubuh ceking dengan rambut tersisir rapi ini, waktu itu.
Ini sengaja dia ungkapkan guna membuktikan bahwa hanya dengan kesungguhan, niat yang luhur, dan ikhlas seseorang mampu menjadi wartawan yang sesungguhnya. Walaupun Machmoed sadar, dia bukanlah wartawan profesional atau wartawan yang hebat. Dia hanya bagian kecil dari wartawan yang belum punya arti dalam dunia kewartawanan.
Anggota PWI Cabang Sulsel sejak 1982 dan Pengurus PWI Cabang Sulsel (1999-2006) ini melihat dunia kewartawanan itu, bukan hanya sebagai profesi, melainkan juga tempat beribadah yang sangat mulia dan sangat indah untuk digeluti sepanjang seseorang selalu berpikiran jernih. Dia rasakan itu sebagai sebuah jalan hidup dari Tuhan.