Festival ini juga menghadirkan pameran yang mengarsipkan benda-benda bersejarah agar bisa kembali disaksikan oleh generasi sekarang dalam bentuk fisik. Di antaranya adalah makanan dan kue tradisional seperti bassang, umbi-umbian, cucur, sinole, onde-onde, le’pa, dan putu bettawe. Tak hanya itu, peralatan hidup tradisional seperti alat-alat pertanian, peralatan dapur, serta permainan tradisional seperti mabaraccung, gasing, piri-piri, jengka, dan bicco juga dipamerkan di festival ini.
Puncak dari festival ini adalah kegiatan “Mettoto,” sebuah tradisi kebudayaan sebagai ungkapan rasa syukur yang dilakukan dengan berkumpul dan makan bersama menggunakan daun jati, atau yang disebut dengan “maballa.” Tradisi ini melibatkan semua lapisan masyarakat, tanpa memandang derajat atau status sosial, duduk bersama dan menikmati makanan dengan tangan. Enam desa yang tergabung dalam tradisi ini adalah Desa Kaluppini, Lembang, Ranga, Tokkonan, Rosoan, dan To Balu.
Dalam kesempatan tersebut, Pj Bupati Enrekang H. Baba mengajak seluruh hadirin dan masyarakat adat untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan. Beliau juga menekankan pentingnya mendukung dan melestarikan budaya-budaya lokal. “Kegiatan seperti ini harus kita dukung sepenuhnya, termasuk oleh pemerintah, untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah warisan luar biasa dari leluhur yang harus kita jaga,” ujar H. Baba.
Lebih lanjut, H. Baba menyampaikan harapannya agar Festival Budaya Kaluppini ini bisa menjadi acara tahunan yang masuk dalam kalender event Kabupaten Enrekang. Beliau juga menegaskan pentingnya melestarikan budaya di tengah perkembangan teknologi yang semakin canggih. “Budaya kita adalah peninggalan nenek moyang yang harus kita lestarikan. Di era teknologi canggih seperti sekarang, siapa lagi yang akan melestarikan budaya kita kalau bukan kita sebagai anak cucu mereka?” pungkasnya.