Lantas, imbuhnya, bagaimana dengan metodelogi yang dipakai dalam survei yang dikeluarkan kubu DIA, “Ini yang jadi pertanyaan besar bagi peneliti seperti saya,” kata Prof Armin.
Jadi kalau menelisik lebih jauh, dengan sumber lembaga survei yang sama dengan pelaksanaan waktu survei yang sama, pastilah ada yang dimainkan.
“Bisa saja, survei Indikator yang dikeluarkan kubu DIA hanya memotret basis suara satu daerah, misalnya Makassar. Sehingga hasilnya memang beda,” tandasnya.
Sementara itu, pengamat politik M Saiful menyampaikan adanya dugaan terjadi manipulasi dan pelintiran hasil survei yang dilakukan kubu DIA.
“Saya sebut ini merupakan upaya yang sudah kehilangan akal sehat dari tim pemenangan pasangan calon. Apalagi hal tersebut dilakukan dengan sengaja untuk melakukan pembohongan publik.
Dia menambahkan hal ini adalah upaya yang tidak bisa dipertanggungjawabkan adalah karena mengklaim bahwa survei ini dari Indikator. “Ini upaya pembusukan politik paling vulgar dari tim yang sudah kehilangan orientasi sehat dalam berkontestasi secara fair dan sportif,” ujarnya, Senin (14/10/2024).
Ditambahkan, upaya manipulatif dan memelintir survei Indikator ini juga diimbuhi dengan komentar dari pengamat politik dari UIN Alauddin Makassar, Ibnu Hadjar Yusuf.
“Sebagai akademisi, terlepas dari dukung mendukung satu paslon, sejatinya dia harus tetap mengedepankan integritas intelektualnya, bukan malah dijadikan corong untuk membohongi warga,” imbuhnya.
Menurut Saiful, upaya semacam ini menjadi satu eposode terburuk dalam tahapan proses pemilihan pemimpin di Sulsel karena sudah menabrak batas etika bahkan menebar kebohongan.
“Mengapa saya bilang begitu, karena hasil yang ditampilkannya ini adalah hasil survei Indikator untuk basis pemilih di Makassar. Namun dimanipulasi seolah-olah ini adalah hasil survei Indikator untuk Sulsel. Sulit membayangkan bila kelak kita dipimpin oleh sosok dengan karakter seperti itu,” pungkasnya.
Sebagai informasi, survei nasional yang dipimpin Prof. Burhanuddin Muhtadi MA Ph.D, merilis survei terbarunya terkait Pemilihan Gubernur (Pilgug) Sulawesi Selatan (Sulsel). Hasilnya, elektabilitas pasangan calon (paslon) Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi (Andalan Hati) unggul sangat jauh dibanding dengan paslon Danny Pomanto-Azhar Arsyad (DIA).
Tercatat, dalam laporan lembaga survei nasional yang menempati peringkat teratas dalam kredibilitasnya ini, paslon Andi Sudirman-Fatma jauh melejit dengan capaian elektabilitas 63,1 persen. Paslon Danny Pomanto-Azhar Arsyad jauh tertinggal dan hanya memperoleh elektabilitas 17, 9 persen. Responden yang belum menentukan pilihan sebesar 18,9 persen dan yang menyatakan diri golput atau tidak memilih sebesar 0,2 persen. (*)