Rasulullah menjawab, “Tidak, wahai Abu Bakar. Kalian adalah sahabat-sahabatku, tetapi bukan saudara-saudaraku. Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku, dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku (di akhirat kelak). Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.”
“Kemudian para sahabat bertanya, wahai Rasulullah, bagaimana engkau mengenali mereka nanti di hari kiamat? Rasulullah menjawab, mereka akan datang nanti dengan wajah, serta kedua tangan dan kedua kakinya bercahaya karena bekas wudhu,” ujar Asnawin.
Ia juga menceritakan kisah Bilal bin Rabah, seorang mantan budak yang masuk Islam dan kemudian menjadi muadzin pertama Rasulullah Muhammad SAW di Madinah.
Suatu hari Rasulullah berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, ceritakanlah kepadaku tentang satu amalan yang engkau lakukan di dalam Islam yang paling engkau harapkan pahalanya, karena aku mendengar suara langkah terompahmu di surga. Bilal menjawab, ia membiasakan diri berwudhu dan menjaga wudhu. Kalau wudhunya batal, maka ia wudhu lagi. Dan setiap selesai berwudhu, ia melaksanakan shalat sunnah dua rakaat. Maka Rasulullah mengatakan, itulah Bilal, itulah yang menyebabkan aku mendengar langkah terompahmu di surga.”
“Maka mari kita membiasakan diri menjaga wudhu sebagaimana yang dilakukan Bilal, dan semoga dengan selalu menjaga wudhu, kita termasuk umat yang wajahnya, serta kedua tangan dan kedua kakinya putih berseri di akhirat nanti, amin,” tutup Asnawin. (*)