PEDOMANRAKYAT – Meski sama-sama berasal dari tanaman Camellia sinensis, matcha dan teh hijau memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal proses pengolahan, kandungan nutrisi, rasa, dan budaya penyajiannya.
Keduanya telah menjadi bagian dari tradisi minuman populer di Asia, khususnya Jepang dan Cina, dan kini semakin mendunia berkat manfaat kesehatannya.
Asal dan Sejarah
Matcha memiliki akar sejarah yang mendalam di Jepang dan telah digunakan dalam upacara minum teh sejak abad ke-12. Tradisi ini dikenal sebagai chanoyu, sebuah ritual yang mengutamakan ketenangan dan penghormatan terhadap estetika. Matcha diperkenalkan oleh biksu Zen, yang menggunakannya untuk menjaga konsentrasi selama meditasi panjang.
Sementara itu, teh hijau telah ada di Cina sejak lebih dari 4000 tahun lalu. Minuman ini dianggap sebagai simbol kesehatan dan ketenangan. Proses penanaman dan konsumsi teh hijau menyebar ke negara-negara Asia lainnya, seperti Vietnam, Korea, dan akhirnya ke Jepang, di mana tradisi minum teh terus berkembang.
Perbedaan dalam Metode Penanaman dan Pengolahan
Penanaman
Tanaman teh untuk matcha biasanya ditanam dengan metode khusus yang disebut shading. Sekitar 20-30 hari sebelum dipanen, tanaman ditutupi dengan kain atau peneduh untuk mengurangi paparan sinar matahari langsung. Teknik ini meningkatkan produksi klorofil, sehingga daun memiliki warna hijau yang lebih pekat dan menghasilkan kandungan L-theanine yang lebih tinggi. L-theanine ini memberikan efek menenangkan tanpa menyebabkan kantuk.
Teh hijau, di sisi lain, ditanam tanpa peneduh. Paparan sinar matahari membuat daun lebih kaya akan tanin, yang memberikan rasa lebih pahit dibandingkan matcha.
Proses Pengolahan
Seperti disebutkan sebelumnya, daun untuk teh hijau diproses dengan cara dikukus (untuk gaya Jepang) atau dipanggang (untuk gaya Cina). Setelah itu, daun dijemur dan digulung sebelum dikemas.