Ketua Panitia Dr. Ir. Syarifuddin Mabe Parenreng, ST., MT., IPU., CSRS., CRMC yang juga Kepala Subdirektorat pendidikan berbasis pengabdian kepada masyarakat dalam laporannya menyampaikan KKN Gel. 113 bertema “Akselerasi Peningkatan Daya Saing Produk Lokal, Desa Wisata, dan Pengetahuan Berbasis Kearifan Lokal dalam rangka mendukung ketahanan pangan, Pelestarian Lingkungan dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Lokal”.
Pada kesempatan tersebut Syarifuddin Mabe Parenreng menyampaikan pembagian lokasi KKN Gel. 113 terdiri dari beberapa klaster tematik yaitu Teknologi tepat guna, Ekonomi Kreatif, Pemberdayaan Masyarakat, Penerapan Produk Halal dan Desa Berdaya.
Sementara itu Direktur Transformasi Pendidikan dan Inovasi Pembelajaran (Transdiva) Sahriyanti Saat, S.Hut., M.Si., Ph.D dalam sambutannya menjelaskan tahapan dalam pelaksanaan KKN Unhas Gel. 113 mulai Pendaftaran calon peserta mahasiswa KKN, pemilihan tematik dan lokasi KKN, ToT Calon DPK, Pengumuman Lokasi KKN, Pembagian atribut mahasiswa, pertemuan DPK dan Mahasiswa, Pembekalan Khusus Peserta KKN, Pembekalan Umum dan Pelepasan mahaiswa KKN, Pemberangkatan mahasiswa KKN, Pelaksanaan KKN, Penarikan Mahasiswa KKN, Rapat Evaluasi KKN dan Seminar akhir KKN
Sahriyanti Saat menyampaikan pembagian wilayah KKN Gel 113 berdasarkan klaster yaitu Klaster Utara meliputi: (Kabupaten Maros, Pare-pare Pinrang dan Wajo). Klaster Selatan meliputi: (Kabupaten Gowa, Jeneponto, Sinjai dan Bulukumba) sedangkan Claster Internasional dilaksanakan di Malaysia. Jumlah Lokasi KKN. Gel 113 terdiri dari 9 Wilayah, Jumlah dosen Pendamping Kegiatan (DPK) 49 Orang, Mahaiswa Laki-laki 528 Orang dan Perempuan 689 Orang.
Di tempat terpisah Dr. Sumarlin Rengko HR, S.S., M.Hum, salah satu Dosen Pendamping KKN di Kabupaten Jeneponto, Kec. Turatea mendampingi Desa Kayuloe Barat, Pa’rasangang Beru dan Desa Mangngepong memberikan gambaran yang jelas tentang pentingnya pembekalan yang diberikan kepada mahasiswa. Pembekalan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai persiapan teknis, tetapi juga sebagai sarana untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman yang mendalam mengenai peran mereka dalam masyarakat.
Sumarlin Rengko menambahkan bahwa dengan adanya pembekalan yang matang, mahasiswa diharapkan dapat menjalankan tugas KKN mereka dengan lebih efektif, sehingga dapat memberikan dampak positif dan kontribusi nyata bagi desa-desa yang menjadi lokasi pengabdian, seperti Desa Kayuloe Barat, Pa’rasangang Beru, dan Desa Mangngepong. Pendampingan ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara akademisi dan masyarakat untuk mencapai hasil yang maksimal dalam program KKN. pungkasnya. ( ab/r )