Kemudian disorientasi tujuan pengajaran, dimana fokus utama guru adalah pada keberhasilan ujian, bukan keterampilan komunikatif. Pengajar lebih mengejar target kurikulum daripada meningkatkan kemampuan praktis siswa. Hal ini sebagian disebabkan oleh kurangnya pelatihan bagi guru untuk menguasai metode pengajaran modern yang lebih efektif. Dan fenomena lainnya yakni terkait ketidaksesuaian buku teks yang materinya sering tidak relevan dengan kebutuhan siswa, lalu metode pengajaran statis didominasi Grammar Translation Method (GTM) yang kurang efektif dibandingkan pendekatan komunikatif (Communicative Language Teaching), dan juga terbatasnya eksposur ke Bahasa Inggris.
Terhadap fenomena-fenomena itu, Prof. Dra. Nasmilah, Dip.TESL, M.Hum, Ph.D memaparkan beberapa peluang yang tersedia dan strategi penguasaan Bahasa Inggris, yakni dengan memanfaatkan teknologi internet, krmandirian dalam belajar, peningkatan kualitas buku teks, pendekatan komunikatif, dan peningkatan motivasi. Ia pun mengusulkan sejumlah rekomendasi, di antaranya meningkatkan jumlah penerima beasiswa untuk belajar di negara-negara berbahasa Inggris. Menerapkan Total Immersion to English yakni Internal English Immersion Program (IEIP). Menyesuaikan kurikulum agar menitikberatkan pada penguasaan Bahasa Inggris. Mengadakan pelatihan bagi guru Bahasa Inggris melalui program Teacher Exchange dan Training of Teachers (TOT). Dan memperluas program pelatihan intensif Bahasa Inggris di lingkungan akademik dan komunitas.
“Menguasai Bahasa Inggris berarti membuka jendela dunia. Jadilah pebelajar Bahasa Inggris yang gigih, karena keberhasilan hanya milik mereka yang terus berusaha. Jadilah pula pebelajar yang mandiri, karena dengan kemandirian, kita membangun kepercayaan diri untuk berinteraksi dan berkarya di dunia yang tanpa batas,” lantang Guru Besar dalam bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Budaya Unhas mengakhiri pidato ilmiahnya dengan mengutip satu kata bijak sebagai motivasi bagi mereka yang ingin menguasai bahasia dunia tersebut.
Sidang Senat Akademik Unhas ini diakhiri dengan sambutan Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc yang antara lain mengungkapkan jumlah guru besar terbanyak di Indonesia adalah Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan Unhas Makassar, setiap tahun bergantian menempati urutan 1 dan 2. Selesai memberikan sambutan, Rektor selanjutnya memberikan ucapan selamat kepada Prof. Dra. Nasmilah, Dip.TESL, M.Hum, Ph.D dan tiga guru besar lainnya yang dikukuhkan bersamaan, yakni Prof. Dr. Mursalim, SE, M.Si, Prof. Dr. Abdul Rahman, SE, MS, dan Prof. Dr. Maat Pono, SE, M.Si. Ketiganya guru besar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas.
Kegembiraan atas pengukuhan jabatan guru besar dan diterimanya dirinya sebagai Anggota Dewan Profesor ke-545 kemudian diwujudkan Prof. Dra. Nasmilah, Dip.TESL, M.Hum, Ph.D dengan menggelar acara syukuran makan siang bersama di lantai 1 Gedung Rektorat Unhas yang dihadiri keluarga besarnya, teman-teman dosen Fakultas Ilmu Budaya Unhas, dan puluhan sahabat-sahabatnya dari alumni SMANSA 82. (jw)