Dalam kesempatan yang sama, Kepala Puskesmas juga mengingatkan masyarakat agar tidak menyepelekan tetanus. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani, yang menginfeksi tubuh melalui luka terbuka. Gejala yang paling umum adalah kejang dan kekakuan pada rahang, yang biasanya muncul dalam 7-21 hari setelah infeksi.
“Jika mengalami luka, segera bersihkan dengan air mengalir, beri antibiotik, dan secepatnya kunjungi fasilitas kesehatan terdekat,” ujar Ni Luh.
Kasus TB Paru Masih Ditemukan
Kasus tuberkulosis (TB) paru juga masih menjadi perhatian di Tomoni Timur. Sepanjang Januari 2025, terdapat enam kasus baru, masing-masing tersebar di Pattengko (2 kasus), Manunggal (2 kasus), dan Margomulyo (2 kasus). Sementara itu, beberapa kasus dari tahun 2024 yang masih dalam tahap pengobatan tercatat di Purwosari (2 orang), Kertoraharjo (1 orang), dan Manunggal (2 orang).
Peran Lintas Sektor Diperlukan
Untuk menekan angka penyakit dan permasalahan kesehatan di Tomoni Timur, Kepala PKM Tomoni Timur mengatakan diperlukan kerja sama lintas sektor, utamanya dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), peningkatan partisipasi masyarakat dalam posyandu, serta pemantauan pertumbuhan anak melalui PKG dan GHPR.
Selain itu, imunisasi HPV juga menjadi fokus dengan mendata remaja 15 tahun yang putus sekolah agar tetap mendapatkan vaksin. Skrining penyakit tidak menular (PTM) pun diharapkan bisa dilakukan minimal satu kali dalam setahun bagi seluruh masyarakat sebagai bagian dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan.
Warga yang baru datang dari daerah endemis malaria seperti Kalimantan dan Papua juga diimbau untuk melapor ke fasilitas kesehatan agar dapat menjalani skrining malaria demi mencegah penyebaran penyakit tersebut. (yul)