April 2025 saja, potensi panen nasional tembus 1,6 juta hektare, menghasilkan 8,63 juta ton GKG, dengan Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah sebagai penyumbang utama, plus Sulawesi Selatan, Lampung, dan NTB yang nggak kalah hebat.
Nggak cuma produksi yang cetak rekor. Stok beras di gudang Bulog, kata Amran, tembus 3,2 juta ton pada jelang akhir April 2025, level tertinggi dalam 23 tahun, bahkan mungkin sejak Indonesia merdeka.
Gudang-gudang Bulog penuh, sampai harus nyewa tambahan kapasitas 800 ribu ton! Ini bukan cuma angka, tapi jaminan bahwa beras cukup buat rakyat, bahkan di tengah krisis pangan global.
Pencapaian ini nggak main-main—petani yang dulu cuma bisa nyanyi sedih sekarang nyanyi girang, megang hasil panen yang bikin hidup mereka lebih baik. Di pagi ulang tahun ke-57 itu, tamu-tamu pejabat dan sahabat dekat kayak bisa ngerasain getaran keberhasilan Amran: ini bukan cuma soal padi, tapi soal harapan yang nyata.
Amran, yang sekarang pimpin 91 juta petani dan jadi tokoh di Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin, bukan menteri biasa. Di usia 55, setelah dilantik Oktober 2023, dia bikin fondasi kuat: regulasi dipangkas, pupuk gampang, sawah nggak kering.
Pada usia 57, fondasi itu berbuah swasembada, ngalahin krisis global, dan bikin petani tersenyum. Ini bukan cuma soal angka—13,95 juta ton beras, stok Bulog 3,2 juta ton, Rp 12 triliun buat irigasi—tapi soal hati. Amran tahu, setiap keputusan yang dia ambil adalah doa buat petani yang nunggu di sawah.
Dia nggak cuma berhenti di situ. Harga gabah yang dinaikin, pompa air yang nyebar di mana-mana, dan rencana irigasi jangka panjang adalah bukti bahwa Amran kerja dengan ilmu dan keikhlasan. Kayak Yusuf yang ngelola Mesir di tengah krisis, Amran ngelola Indonesia dengan cara yang bikin petani nggak lagi cuma jadi penutup cerita, tapi pemeran utama.
Setiap langkahnya, dari potong anggaran buat pompa sampai pastiin petani nggak rugi, adalah cerminan amanah yang dijaga dengan hati.
Pas kajian selesai, Ustadz Adi, dengan peci putih yang masih kinclong, pimpin doa. Dia baca doa Nabi Yusuf: “Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang shaleh.
”Amin dari tamu-tamu—dari Amran yang nunduk khusyuk sampai sahabat dekat yang matanya berkaca—bikin pagi itu terasa lembut. Di depan mimbar bertuliskan “Allah,” ulang tahun ke-57 Amran kayak pesan dari langit: usia 55 dan 57 adalah tanda bahwa Allah punya rencana besar.
Saat tamu-tamu pamitan, sinar pagi masih menerangi kediaman megah. Rumah Amran nggak cuma tempat pesta, tapi saksi bahwa Indonesia lagi panen—padi dan harapan.
Ustadz Adi bilang ini bukan cocokologi, dan saya setuju. Ini cerita anak Bone yang bawa doa petani ke langit, dari pelantikan di usia 55 sampai swasembada di usia 57, persis kayak Yusuf di Al-Qur’an.
Pulang dari sana, saya cuma mikir: kalau Amran bisa bikin sawah hijau dan petani senyum, itu bukti bahwa amanah yang dijaga dengan hati bisa ngubah sebuah bangsa.
Penulis: docmac (you know lah gue siapa)